tag:blogger.com,1999:blog-48241868703059644912024-03-13T23:17:52.709-07:00ISLAMKUTEMBOK YA'JUJ MA'JUJ | DAJJAL |YA’JUJ DAN MA’JUJ | al jassasah | wasiat ali bin abi thalib kepada hasan | hilal awal bulan romadhon | bid'ah maulid | bid'ah tahlilanUnknownnoreply@blogger.comBlogger116125tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-70016188034709772462017-03-19T08:17:00.001-07:002017-03-19T08:17:04.443-07:00Belajar dari cina<p dir="ltr">MARI BELAJAR GAYA HIDUP BANGSA CHINA<br>
Oleh : KH. A. Hasyim Muzadi<br>
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang<br>
Saya ingin menyampaikan sesuatu yang menarik tentang RRC (Tiongkok) kepada kamu semua. Dengan perjalanan ini, saya menjadi lebih mengerti kenapa Rasulullah SAW menganjurkan kita supaya mencari ilmu, sekalipun ke Negeri Cina. Saya perhatikan ada beberapa kekhususan dari China, yaitu:<br>
1. Segi Historis (Sejarah)<br>
China adalah bangsa yang tua karena beribu-ribu tahun sebelum masehi, China sudah menjadi bangsa yang besar bersama dengan Romawi, Yunani, Persia, India, dll. Ini adalah bangsa-bangsa tua yang ribuan tahun sebelum masehi sudah dikenal dalam sejarah.<br>
2. Segi Geografis<br>
China persis berada pada posisi tengah-tengah dari Benua Asia. Adapun selisih waktu antara Beijing dengan Jakarta hanya 1 jam sebagaimana selisih WIB dan WITA.<br>
Luas Negara China ini luar biasa, bahkan melampui luasnya Amerika Serikat dan hampir sama dengan luas Uni Sovyet sebelum pecah.<br>
3. Segi Populasi<br>
Negara China mempunyai jumlah populasi terbesar di dunia, yaitu mencapai 1,3 milyar jiwa. Ini jumlah penduduk yang ada di China daratan, belum lagi bangsa China berada di luar China (Overseas China). Di Negara mana-mana pasti ada orang China, termasuk Kalpataru, Cengger Ayam, bahkan daerah yang nyelempit-nyelempit itu. Jadi, tidak ada satu kota pun di dunia ini yang tidak ada orang Chinanya. Jumlah populasi orang China yang berada di luar RRC itu kalau ditotal sekitar 600 juta jiwa. Sehingga kalau ditotal secara keseluruhan, maka jumlah populasi warga China mencapai hampir 2 milyar jiwa.<br>
4. Segi Ekonomi<br>
China ini adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan pekerja keras. Dalam satu hari, orang China mampu bekerja selama 11 jam, padahal kita saja yang berkerja 8 jam sehari sudah merasa berat. Perhatikan orang China yang buka toko. Pada pukul 06.00 dia sudah membuka toko dan tutup menjelang Maghrib, kemudian malam harinya, dia totalan. Jadi, waktu yang tersisa itu hanya digunakan untuk tidur atau untuk keperluan yang berkaitan dengan usaha dagangnya.<br>
Di samping sebagai pekerja keras, orang China adalah pekerja cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu barang pun di dunia ini yang tidak ditiru oleh Negara China. Suatu saat saya pergi ke pasar malem. Di sana saya ditunjukkan jam tangan merk Rolex, mulai dari yang asli seharga 70 juta Rupiah, sampai Rolex yang seharga Rp. 70.000, dan kita sulit untuk membedakan antara yang asli dengan yang palsu. Oleh karena itu, RRC mempunyai potensi luar biasa untuk menghancurkan Barat. Apalagi produksi-produksi di sana dibuat secara besar-besaran, yaitu kalau satu orang membuat 10 baju, maka dari RRC akan mengekspor sekirat 12-13 milyar baju.<br>
5. Rasa Persaudaraan (Kecinaan)<br>
Bangsa China mempunyai rasa “kecinaan” dunia. Jadi, kalau orang China ketemu sama orang China lainnya, perasaannya lain dibandingkan ketemu dengan kita.<br>
6. Segi Politik<br>
Dahulu Negara China diperintah oleh Kaisar. Tunduk kepada Kaisar adalah harga mati, sehingga pada zaman Kekaisaran, Kaisar menyuruh rakyat untuk membangon tembok besar China meski harus mengorbankan ratusan ribu jiwa. Tembok besar China ini dibangun di puncak-puncak bukit dan panjangnya sekita sepanjang 6000 KM. Kalau ada pekerja yang mati, maka langsung dikuburkan di dekat situ. Jadi, tembok besar China itu sebenarnya angker karena ada alam arwahnya.<br>
Setelah itu Negara China dipimpin oleh Komunis. Pemerintahan Komunis ditambah dengan etos kerja bangsa China yang luar biasa, menjadikan Negara China memperoleh untung besar. Kenapa?, karena nilai yang dimakan oleh masing-masing orang China, lebih sedikit dari pada nilai hasil kerja mereka. Ibaratnya: kalau nilai kerjanya Rp. 20.000 perhari, maka dia hanya memakainya sebanyak Rp, 10.000 sehari, sedangkan yang Rp. 10.000 lainnya menjadi hak Negara, sehingga yang semakin kuat adalah Negaranya. Ini terjadi pada waktu pemerintahan Komunis dipimpin oleh tokoh bernama Mao Zedong.<br>
Setelah Mao Zedong meninggal dunia, sistem ekonomi China diubah, namun politiknya tetap berhaluan Komunis. Artinya: orang China masih diperintahkan untuk kolektivitas, tapi ekonomi China mulai dibuka pelan-pelan. Dari situ, mulai ada ekspor dan impor, investasi, dsb. Bahkan lebih dari 4 juta anak-anak muda China, dikirim ke seluruh dunia untuk belajar membuat barang-barang yang dibuat di negara-negara yang mereka tempati. Semua itu dibiayai oleh Negara.<br>
Akhirnya ekonomi China meledak dan berkembang sangat pesat. Kenapa?, karena bangsa China itu tidak suka hidup mewah, di samping karena budaya, juga karena faktor politik Komunisme yang dianut. Jadi, Negara China itu dari Komunis, bergeser ke arah Sosialis yang agak longgar, bahkan sekarang menjadi Kapitalis, namun bukan “dikapitalisi” oleh orang lain.<br>
Dalam tempo kurang dari 20 tahun, kota-kota besar di China disulap menjadi lebih hebat dari Washington dan New York. Jadi, di sana saya seperti memasuki daerah yang aneh, karena saya dulu pernah ke China, tapi tidak seperti yang sekarang ini. Sekarang ini Negara China luar biasa hebatnya dan mulai menggeser posisi ekonomi Barat. Kenapa itu bisa terjadi?, karena RRC tidak mau terikat dengan semua ikatan ekonomi internasional, baik itu IMF, ILO, WTO, dsb. Sehingga RRC ini berjalan tidak berdasarkan konsensus internasional, melainkan menggelinding sendirian dengan kekuatan raksasa yang mereka miliki.<br>
Hidup bangsa China tetep sederhana, karena mereka mempunyai budaya yang mengacu kepada filsafat Konghucu. Sekalipun bangsa China adalah komunis yang menganut ajaran tidak bertuhan (atheisme), tapi sebenarnya mereka masih mendewakan Kongfuche sampai hari ini. Orang China yang beragama Kristen menganut Konghuchu, orang China yang beragama Islam juga menganut Konghuchu, dsb. Konghuchu sudah menjadi agama negara dan agama bangsa.<br>
Umat Islam di China tidak besar, jumlah mereka kurang lebih sekitar 50 juta saja. Apa artinya 50 juta muslim di tengah-tengah 1.3 milyar penduduk RRC. Orang Islam di sana rata-rata sudah berusia tua yang kelasnya “Husnul khatimah”.<br>
Nah, yang menarik bagi saya dan mungkin cocok dengan kandungan Hadits di atas adalah bahwa bangsa China itu selalu hidup di bawah jumlah penghasilannya. Saya kira, sikap ini perlu kamu tiru. Tidak ada orang China yang menghabiskan uang Rp. 10.000 sehari, kalau penghasilannya tidak mencapai Rp. 15.000. Ketika orang China masih berpenghasilan Rp. 5.000, maka dia hanya makan sebanyak Rp. 4.000 saja. Jadi, bangsa China itu pantang memakan habis hasil keringatnya dan harus ada sisa dari hasil keringatnya tadi.<br>
Bangsa China sudah terbiasa hidup sederhana. Mereka bisa bikin mobil, motor, dsb. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model Harley Davidson. Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor. Saya lihat di kota Peking, kalau orang mau bepergian yang jaraknya kurang dari 1 KM, maka mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1 KM, mereka memilih naik sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, maka mereka memilih naik bus. Kalau sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil; itupun jarang dipakai, karena mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah mempunyai mobil sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional, yaitu jalan kaki itu lebih hemat, lebih sehat, lebih selamat, dan anti-polusi.<br>
Di sana juga banyak sepeda pancal, namun sepeda yang dipakai itu jelek-jelek, karena yang baik-baik itu untuk dijual. Jadi, bangsa China ini mempunyai sifat-sifat yang agak aneh dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain. Orang China itu kalau yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang jelek untuk dipakai sendiri.<br>
Di RRC jarang ada rumah mewah, yang banyak adalah rumah susun, maklum jumlah penduduknya milyaran orang. Sedangan bangunan yang megah-megah adalah semacam universitas, pertokoan, mall, kantor, dsb.<br>
Orang-orang China jarang yang gemuk, padahal makannya banyak. Mereka bisa langsing karena sering jalan kaki dan berolah raga. Bahkan hampir seluruh tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat-obatan, tumbuh subur di Negara China. Ibaratnya, Negara China adalah miniatur dari tanaman-tanaman yang berkhasiat obat. Lha, ini yang menginspirasi Mr. Li Xiang untuk memproduksi obat-obatan, tapi sudah dimodernisir. Pabrik yang dimiliki oleh Mr. Xiang ini sekarang sudah menguasai 1/3 pasaran obat di dunia. Dia menggunakan sistem MLM (Multi Level Marketing) dan sistem bonus, yaitu setiap orang yang berhasil menggaet pelanggan lain, akan diberi bonus. Jadi, kalau saya membuat 100 anak Al-Hikam membeli produk obatnya, maka saya akan mendapatkan keuntungan dari 100 orang tadi. Dengan sistem promosi yang berjenjang seperti ini, maka orang berlomba-lomba kaya melalui pabrik milik Mr. Xiang ini. Bonusnya juga ndak tanggung-tanggung, ada bonus berupa pesawat, kapal pesiar, mobil, sepeda motor, dsb.<br>
Saya kan sudah ke Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika, dsb., saya melihat bangsa China ini memang aneh. Mereka lebih mendulukan bekerja dari pada makan. Jumlah yang dimakan harus di bawah hasil kerja. Sebenarnya makannya orang China itu banyak sama dengan makanya orang Arab; akan tetapi karena mereka berolah-raga terus, sehingga jarang yang gemuk. Lain hanya dengan orang Amerika, di sana ada wong gowo wetenge tok wis kabotan, mergo kakean badokan (orang bawa perutnya sendiri sudah keberatan, sebab kebanyakan makan. red). Lalu saya teringat pada Hadits Rasulullah SAW , Hadits itu ditujukan untuk urusan kehidupan duniawi.<br>
Bangsa China ini pekerja keras dan pekerja cerdas. Kalau orang Bugis, Madura dan Batak adalah pekerja keras, tapi tidak cerdas, sehingga kalau ayahnya jualan rokok di rombong, maka anaknya juga demikian. Beda dengan orang China; kalau ayahnya jualan kacang buntelan, maka pada saat anaknya nanti, usahanya sudah menjadi pabrik kacang. Jadi, untuk faktor enterpreneurship, mungkin China itu nomer satu di dunia.<br>
Orang Barat itu hebat dalam hal penelitian dan penemuan. Mereka meneliti sampai bisa menemukan listrik, kereta api, silinder, dsb. Adapun masalah berdagang dan mencari rezeki, jagonya adalah China. Sedangkan kalau makan tapi tidak kerja, jagonya adalah orang Indonesia. Jadi, orang Indonesia itu maunya, kalau kerja tidak berkeringat, tapi kalau makan, harus berkeringat. Berarti di sini kita mengalami hambatan budaya untuk maju.<br>
Ini semua membuat saya mikir-mikir: seandainya ibadah, tauhid, dan akhlaq kita digandengkan dengan etos kerjanya orang China, maka saya kira, itulah yang dimaksud oleh Hadits Rasulullah SAW:<br>
Bekerjalah untuk duniammu, seakan-akan engkau hidup selamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari<br>
Kesalahan orang Islam adalah menghindari kerja keras, seakan-akan tidak berkerja keras adalah bagian dari tasawuf, padahal pandangan seperti itu adalah bagian dari kebodohan. Tasawuf itu ngeresii ati, bukan nganggur. Banyak orang Islam yang merasa mulya ketika ngganggur, tapi kok urip, padahal orang seperti ini pasti menjadi benalu atau seperti bunga teratai yang hidup terombang-ambing di atas air, sekalipun berbunga, ia tidak bisa lepas dari air. Oleh karena itu, saya ingin kamu semua mempunyai etos kerja dan enterpreneurship.<br>
Saya melihat orang China di sana jarang omong. Mereka ngomong seperlunya, karena pekerjaan lebih mereka dahulukan. Sedangkan di sini, omong-omongan tok iso sampek 4 jam sambil ngentekno kopi 4 gelas (berbincang-bincang saja bisa sampai 4 jam sambil menghabiskan kopi 4 gelas. red), serta bercerita yang sama sekali tidak ada gunanya. Ini disebut dengan wasting time (menyia-nyiakan waktu), padahal di dalam Hadits disebutkan bahwa orang yang menyia-nyiakan waktu atau hidupnya, berarti dia sedang disia-siakan oleh Allah SWT.<br>
Sebenarnya Islam mengajarkan etos kerja ini ketika Rasulullah SAW ditanya: “Rezeki apa yang paling baik?”, beliau menjawab; “Rezeki terbaik adalah rezeki hasil tangannya sendiri”. Kadang-kadang, karena orang tua masih cukup, maka seseorang nebeng kepada orang tua, sementara dia sendiri tidak ada mempunyai kreativitas; sehingga begitu ditinggal mati oleh orang tuanya, dia akan kelabakan.<br>
Saya melihat bahwa perusahaan-perusahaan besar milik orang China di Indonesia, rata-rata Grand Manager-nya berusia di bawah 40 tahun. Misalnya: Gudang Garam, Djarum, dsb. Perusahaan-perusahaan itu sudah tidak dipegang oleh ayahnya, karena ayahnya sudah menjadi konsultan, sedangkan yang menjadi eksekutif commite-nya adalah anak-anaknya.<br>
Saya sebenarnya ingin kamu berlatih dua hal, yaitu: jangan memubadzirkan waktumu, demi menegakkan etos kerja dan berusahalah berprestasi lebih tinggi dari pada apa yang kamu butuhkan.<br>
Hal-hal seperti di atas, kalau digandengkan dengan akhlak dan tauhid, maka itulah bentuk nyata dari fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah.<br>
Negara-negara Islam, mulai dari Saudai Arabia sampai Maroko, adalah Negara-negara yang kaya, namun bukan Negara yang maju. Negara-negara di Timur Tengah menjadi Negara kaya, karena mempunyai minyaknya melimpah. Namun karena yang menyedot minyak adalah Amerika, maka Negara-negara Timur Tengah hanya dikasih 15 % dari hasil sedotan. Itu sudah membuat mereka menjadi Negara kaya, akan tetapi tidak bisa menjadikan mereka sebagai Negara maju, karena nyedot minyak saja tidak bisa. Sementara Negara-negara di Timur Tengah yang tidak punya minyak, semuanya menjadi Negara miskin, contoh: Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Moroko, apalagi Sudan. Sudan itu ibukotanya bernama Kartoum, namun bandara Kartoum saja tidak ada WC-nya, sehingga kalau mau kencing harus melayu adoh ke tempat sing gerumbul-gerumbul (yang rimbun. red), sehabis kencing, diobati (maksudnya; diobat-abit).<br>
Sebenarnya, perintah melihat bangsa China adalah bagian dari Hadits yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah milik orang mukmin. Kalau hikmah itu kececer pada orang lain, maka hikmah itu adalah milikmu. Jangan karena tidak Islam, lalu kamu memusuhi mereka. Karena mutiara itu kececer dan dipegang oleh orang lain, maka ambil kembali hikah itu. Contoh: Penelitian itu kan perintah Islam, lalu kenapa kita tidak memakai hasil penelitian orang Eropa?. Dulu, sebelum orang Eropa maju, yang bisa meneliti dalam bidang kedokteran, matematika, gizi, dsb. diteliti oleh ulama’-ulama’ Islam. Oleh karena itu, ambillah hikmah dari mana saja, asal hikmah itu benar menurut syariat Islam.<br>
Jadi, tidak bagus kalau ada orang yang membeda-bedakan antara daerah Islam dengan daerah yang tidak Islam. Karena di daerah Islam itu ada tauhid, namun ada kelemahan; sedangkan di daerah yang tidak Islam, ada kekufuran, namun ada kelebihannya. Hanya saja, sampai hari ini, orang-orang Timur Tengah, masih juga membagi peta antara Negara Islam dengan Negara tidak Islam, padahal mutiara-mutiara Islam sebagai agama, telah tercecer di sana-sana, karena tidak dipegang oleh orang muslim di negara Islam itu sendiri.<br>
Ketika saya masuk Somalia, penduduknya begitu miskin. Kalau di sana ada orang bisa makan cukup setiap hari, itu sudah Alhamdulillah. Padahal Negara ini mempunyai tambang-tambang yang banyak. Ini semua mengingatkan kita, kenapa Negeri Islam, penduduknya miskin-miskin, sedangkan penduduk di daerah non-muslim kok tidak demikian. Ilmu memang ada di sini, namun yang melakukan adalah orang di luar Islam. Jadi, ilmu etos kerja, ilmu penelitian dan kerja keras adalah Islami. Mereka yang melakukan ilmu itu, meskipun ndak pakai syahadat; sedangkan di Negara-negara Islam pakai syahadat, tapi ilmunya tidak diamalkan. Jadi, kalau syahadat itu ibarat lokomitif, sedangkan gerbongnya adalah ilmu. Baik lokomotif maupun gerbong, itu sama-sama diperlukan. Kalau ada lokomotif ndak pakai gerbong, itu kan lucu.<br>
Akhirnya di Negara-negara Islam, penduduknya bertentangan karena selisih paham, saling bunuh-membunuh karena selisih aliran, dsb. Jadi, Islam yang kaffah itu bukan Negara harus distempel Islam, namun unsur-unsur ke-Islam-an yang harus diterapkan di Negara itu. Nah, sekarang itu, golongan seperti Hizbut Tahrir, FPI, dsb. mengatakan bahwa Islam Kaffah adalah kalau Indonesia yang dihuni oleh banyak orang Islam ini, distempel Islam; ndak peduli apakah masyarakat di dalamnya itu menjadi maling atau tidak. Padahal yang akan dihisab nanti adalah orang-perorang, bukan institusi. Jadi yang harus bertanggung jawab adalah individu, bukan nation state-nya. Baru pemahamannya saja, mereka sudah menceng dan tidak karu-karuan. Mereka itu sebenarnya tidak kaffah, tapi merasa paling kaffah. Kemarin saya didatangi oleh Redaktur Majalah Sabili; saya dikritik karena saya kok masih mempertahankan Pancasila, kenapa kok tidak setuju dengan Khilafah, berarti tidak kaffah. Lalu saya jawab: Lho, yang dimaksud kaffah bukan simbolistik-simbolistik, melainkan hikmah-hikmah Islam yang berserakan, kemudian dijadikan satu, itulah Islam kaffah.<br>
Untuk mengerti bahwa shadaqah itu penting, kita cukup membaca Hadits. Akan tetapi untuk menciptaan masyarakat yang mampu bersedekah, maka tidak cukup hanya dengan menghafalkan Hadits-hadits, karena itu adalah proses perjuangan ekonomi kerakyatan. Sementara sekolah-sekolah Islam yang di Timur Tengah, isinya menghafal saja, sehingga berhenti sampai hafalan, tidak pada aktualisasinya. Dino-dino omongane dalil (sehari-hari bicara dalil. red), tapi dalil iku gak tahu dilakoni (tidak pernah dilakukan. red).<br>
Semua ini menjadikan saya termenung. Sudah berapa Negara yang saya kelilingi, saya kira sudah lebih dari 40 Negara. Namun, untuk kunjungan ke China, rasanya lain bagi saya. Bagaimana tidak?, mereka punya sesuatu, tapi tidak mau pakai; mempunyai etos kerja tinggi, tetapi hidup sederhana; barang yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang asal jadi, dipakai sendiri. Mereka juga jarang yang mau pakai sepeda motor, karena mengakibatkan polusi dan tidak sehat. Maka dari itu, umure wong Chino iku dowo-dowo, gak mati-mati sampek tuek tuyuk-tuyuk (umur orang china itu panjang-panjang, tidak mati-mati sampai tua. red) , bahkan mencapai usia lebih dari 100 tahun.<br>
Jadi, budaya kita ternyata tidak produktif. Bagaimana kita bisa mempunyai budaya yang produktif, tapi etis dan tauhidi dan Islami, ini baru menjadi bangunan dari fiddunya hasanah wa fil akhriati hasanah.<br>
Saya masih akan ke Moskow. Rusia itu dedengkot komunis dunia. Mereka telah mendirikan komunisme yang bertahan selama 70 tahun, lalu ambruk. Kenapa Rusia setelah direformasi, kok ambruk, sedangkan China setelah reformasi kok malah melejit, padahal keduanya sama-sama komunis?. Itu karena komunis di China menggunakan budaya China, yaitu makan kurang dari penghasilan; sementara orang Rusia, biaya makan melebihi kapasitas hasil kerjanya. Sekarang ini orang China pergi ke Moskow secara besar-besaran untuk menggarap pertanian-pertanian. Sehingga sekarang ini Rusia tampaknya berada di bawah kendali RRC.<br>
Ketika saya di China, saya bertemu dengan pedagang Amerika yang berasal dari Wall Street di New york. Dia minta dengan hormat, supaya China itu tidak mengekspor barang-barang seperti sekarang ini, karena kalau ini diteruskan, maka perekonomian akan ambruk dalam 5 tahun. Jawabnya orang China: “Saya tidak ingin mengekspor barang saya, kalau rakyat Anda tidak ingin membeli barang saya”. Itungan China kan begini: Penduduk China itu berjumlah 1.3 Milyar jiwa, kalau setiap orang memperoleh bati 1$ saja, berarti untunganya sudah mencapai 1.3 Milyar dollar. Jadi, gimana mereka mau disaingi, itu kan ndak mungkin.<br>
sumber artikel : site:http://mylazuardi.multiply.com/journal/item/7/BELAJARLAH_GAYA_HIDUP_KEPADA_BANGSA_<u>CHINA</u></p>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-76313436789476425712017-03-09T03:45:00.001-08:002017-03-09T03:45:15.377-08:00*Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?*
Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Bahlul beserta rombongan kawan-kawannya menemukan sebuah oase yang tampak sejuk. Mereka berniat untuk rehat sejenak di sana, sudah dapat dipastikan, hal pertama yang mereka inginkan adalah air untuk melepaskan dahaga mereka.
"Wahai sahib, lihatlah !.. Allah ta'ala telah menjawab keinginan kita dengan anugerahNya", sambut salah satu kawan Bahlul ketika melihat ada kubangan air yang jernih ditengah oase tersebut.
Dengan senangnya mereka menghampiri kubangan air tersebut termasuk Bahlul. Mereka pun segera menciduk dan meminum air kubangan yang jernih dan bersih itu. Satu - dua teguk, Bahlul menyudahi minum air kubangan itu dan pergi menyingkir untuk kemudian duduk dibawah pohon kurma dekat kubangan itu, sementara kawan-kawannya yang lain malah asyik dan bergembira.
"Ini adalah anugerah Allah kepada kita, Alhamdulillah !", teriak mereka dengan senangnya. "Hei Bahlul !, tidakkah engkau juga merasakannya ?!, apakah engkau tidak menikmati ini semua sebagai karunia dari Allah kepada kita ? yang belum tentu orang lain mendapatkannya.", teriak salah satu dari mereka kepada Bahlul.
Bahlul hanya tersenyum mendengar teriakan itu, kemudian dia berkata,"Berhati-hatilah wahai sahib, jangan sampai salah satu dari kalian mengotorinya."
"Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?, bukankah kita semua disini bersyukur kepada Nya akan hal ini ?", jawab kawannya itu.
Tidak berapa lama kemudian, salah satu dari mereka masuk kedalam kubangan air itu dan membasahi seluruh tubuhnya. Ia terlihat amat bergembira, sementara kawannya yang lain hanya dapat menyaksikan dan turut serta bergembira dengan tertawa-tawa melihat tingkahnya didalam kubangan air itu.
Setelah selesai, ia pun bangkit dari kubangan air itu, dengan wajah yang berseri-seri ia menghampiri Bahlul, "Lihatlah aku ini Bahlul !, aku telah merasakan sepenuhnya anugerah Allah itu, dan aku akan menceritakannya kepada mu bagaimana rasanya, setelah melepas dahaga untuk kemudian mandi di dalam kubangan itu."
"Baiklah sahib.. nah, sekarang coba engkau dan juga yang lain, lihatlah kepada kubangan air itu, bagaimana tampaknya sekarang", balas Bahlul.
Seperti tersentak dalam sekejap, mereka semua menghampiri dan melihat kubangan air itu, tidak lagi jernih dan bersih seperti pada awal mereka melihatnya. Kubangan air itu tampak kotor dan keruh. Mereka saling pandang satu sama lain, sementara salah satu dari mereka yang tadi mandi didalamnya, hanya dapat mengusap wajahnya berkali-kali untuk mengeringkan sisa air yang terdapat pada wajahnya sambil terus melihat kedalam kubangan air itu.
Bahlul berdiri dari tempat duduknya, ia tertawa melihat keadaan mereka yang hanya bisa diam dan melongo, "Wahai sahib-sahibku, sekarang.. siapakah yang berani merasakan kebodohannya sendiri dan menceritakannya kepadaku dengan gembira ria seperti tadi tentang bagaimana rasanya ?"<p dir="ltr">*Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?*</p>
<p dir="ltr">Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Bahlul beserta rombongan kawan-kawannya menemukan sebuah oase yang tampak sejuk. Mereka berniat untuk rehat sejenak di sana, sudah dapat dipastikan, hal pertama yang mereka inginkan adalah air untuk melepaskan dahaga mereka.</p>
<p dir="ltr">"Wahai sahib, lihatlah !.. Allah ta'ala telah menjawab keinginan kita dengan anugerahNya", sambut salah satu kawan Bahlul ketika melihat ada kubangan air <u>yang</u> jernih ditengah oase tersebut.</p>
<p dir="ltr">Dengan senangnya mereka menghampiri kubangan air tersebut termasuk Bahlul. Mereka pun segera menciduk dan meminum air kubangan yang jernih dan bersih itu. Satu - dua teguk, Bahlul menyudahi minum air kubangan itu dan pergi menyingkir untuk kemudian duduk dibawah pohon kurma dekat kubangan itu, sementara kawan-kawannya yang lain malah asyik dan bergembira.</p>
<p dir="ltr">"Ini adalah anugerah Allah kepada kita, Alhamdulillah !", teriak mereka dengan senangnya. "Hei Bahlul !, tidakkah engkau juga merasakannya ?!, apakah engkau tidak menikmati ini semua sebagai karunia dari Allah kepada kita ? yang belum tentu orang lain mendapatkannya.", teriak salah satu dari mereka kepada Bahlul.</p>
<p dir="ltr">Bahlul hanya tersenyum mendengar teriakan itu, kemudian dia berkata,"Berhati-hatilah wahai sahib, jangan sampai salah satu dari kalian mengotorinya."</p>
<p dir="ltr">"Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?, bukankah kita semua disini bersyukur kepada Nya akan hal ini ?", jawab kawannya itu.</p>
<p dir="ltr">Tidak berapa lama kemudian, salah satu dari mereka masuk kedalam kubangan air itu dan membasahi seluruh tubuhnya. Ia terlihat amat bergembira, sementara kawannya yang lain hanya dapat menyaksikan dan turut serta bergembira dengan tertawa-tawa melihat tingkahnya didalam kubangan air itu.</p>
<p dir="ltr">Setelah selesai, ia pun bangkit dari kubangan air itu, dengan wajah yang berseri-seri ia menghampiri Bahlul, "Lihatlah aku ini Bahlul !, aku telah merasakan sepenuhnya anugerah Allah itu, dan aku akan menceritakannya kepada mu bagaimana rasanya, setelah melepas dahaga untuk kemudian mandi di dalam kubangan itu."</p>
<p dir="ltr">"Baiklah sahib.. nah, sekarang coba engkau dan juga yang lain, lihatlah kepada kubangan air itu, bagaimana tampaknya sekarang", balas Bahlul.</p>
<p dir="ltr">Seperti tersentak dalam sekejap, mereka semua menghampiri dan melihat kubangan air itu, tidak lagi jernih dan bersih seperti pada awal mereka melihatnya. Kubangan air itu tampak kotor dan keruh. Mereka saling pandang satu sama lain, sementara salah satu dari mereka yang tadi mandi didalamnya, hanya dapat mengusap wajahnya berkali-kali untuk mengeringkan sisa air yang terdapat pada wajahnya sambil terus melihat kedalam kubangan air itu.</p>
<p dir="ltr">Bahlul berdiri dari tempat duduknya, ia tertawa melihat keadaan mereka yang hanya bisa diam dan melongo, "Wahai sahib-sahibku, sekarang.. siapakah yang berani merasakan kebodohannya sendiri dan menceritakannya kepadaku dengan gembira ria seperti tadi tentang bagaimana rasanya ?"</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-35312491738394220732017-03-09T03:43:00.001-08:002017-03-09T03:43:38.069-08:00Seorang Guru Sufi ditanya tentang 2 keadaan manusia<p dir="ltr">Seorang Guru Sufi ditanya tentang 2 keadaan <u>manusia</u> :</p>
<p dir="ltr">1. Manusia yang rajin sekali ibadahnya, namun sombong, angkuh dan selalu merasa suci.</p>
<p dir="ltr">2. Manusia yang tak pernah ibadah, namun akhlaknya begitu mulia, rendah hati, santun, lembut dan cinta dengan sesama.</p>
<p dir="ltr">Lalu Sang Guru Sufi menjawab :</p>
<p dir="ltr">Keduanya baik ;</p>
<p dir="ltr">🌼 Boleh jadi suatu saat si ahli ibadah yang sombong menemukan kesadaran tentang akhlaknya yang buruk dan dia bertaubat lalu ia akan menjadi pribadi yang baik lahir dan batinnya.</p>
<p dir="ltr">💐 Dan yang kedua bisa jadi sebab kebaikan hatinya, Allah akan menurunkan hidayah lalu ia menjadi ahli ibadah yang juga memiliki kebaikan lahir dan batin.</p>
<p dir="ltr">Kemudian orang tersebut bertanya lagi, lalu siapa yang tidak baik kalau begitu...???</p>
<p dir="ltr">Sang Guru Sufi menjawab :<br>
"Yang tidak baik adalah kita, orang ketiga yang selalu mampu menilai orang lain, namun lalai dari menilai diri sendiri"</p>
<p dir="ltr">Semoga kita semua senantiasa dalam lindunganNya. </p>
<p dir="ltr">Assalammualaikum, sahib.. selamat beribadah dalam segala aktifitasnyaa...💕</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-78444305212053497292017-03-09T03:40:00.001-08:002017-03-09T03:40:26.696-08:00TAUBATNYA SEORANG PELACUR<p dir="ltr">*TAUBATNYA SEORANG <u><u>PELACUR</u></u>*<br>
Kisah Nyata</p>
<p dir="ltr">-<br>
Di dalam sebuah mobil bersama smbh KH. Ali Yahya Lasem (alm) beliau bercerita kepada saya..</p>
<p dir="ltr">Pada suatu hari, ketika beliau mau berceramah (Ngisi pengajian) di Jepara, tiba2 dalam perjalanan (lampu merah) mobil beliau dihadang seorang cewek cantik..<br>
Maklumlah waktu itu beliau yang duduk disamping sopir melepaskan kopyah dan serbannya.. Dan karena smbah KH Ali Yahya Lasem (alm) itu adalah seorang bule (mirip orang Australi) maka, mungkin cewek jalanan tersebut mengira bahwa beliau adalah seorang turis manca negara yg banyak duwit, he he..<br>
-<br>
Cwk : "Malam om.."(wiis.. yai dipggil om)<br>
Kyai : "Malam.."<br>
Cwk : "Ikutan dong om.. boleh ya.."<br>
Kyai : "Oo boleh boleh.. silahkan masuk.." (Cewek bergegas masuk mobil..)<br>
Cwk : "Om mau kmana..? butuh aku gak..? aku temenin ampei pagi ya om..? (cwk merayu yai.. wk kk kk)<br>
Kyai : "Oo ini lho mau ngaji di Jepara.. Ndak apa2 silahkan ikut saja"  (smbil pake lagi kopyah & sorban)<br>
Cwk : "Oo, jd bpk ini Kyai ya?" (tdi pnggil  om, skrg panggil yai, he) "maaf yai sya bener2 tdk tau, skali lg maaf..  (dgn ekspresi tegang & ketakutan)<br>
Kyai : "Oo, ndak apa2.. santai saja mbk. Skali-kali ikut pngajian bagus itu.."<br>
Cwk : "Ndk usah Yai, sya turun disini sja"<br>
Kyai : "Nggk bisa, pkoknya hrs ikut. Tadi  kan smpyan bilang mau ikut, jadi ya harus ikut.."<br>
Cwk : "Tapi kan saya gk pake jilbab yai.."<br>
Kyai : "Gmpang.. nnti tak pinjam jamaah (Untung si cwek pake rok sopan)<br>
Cwk : "Tapi saya malu yai.."<br>
Kyai : "Loh, smpyn jadi pelacur ndk malu kok, pngajian malah malu pye to..?<br>
Cwk : "Gimana ni yai.." (semakin salting) "Sya takut yai.."  (tadi malu skrg takut Wk kk kk..)<br>
Kyai : "Sudahlah... santai saja.."<br>
-<br>
Setelah sampai di tempat pengajian, yai langsung pinjam jilbab sama ibu² jamaah ..<br>
-<br>
Kyai : "Maaf bu.. bisa pinjam jilbab..? ini lho bu Nyai lupa bawa jilbab" (hahaha, masak bu nyai lupa jilbab)<br>
Ibu² : (Smbil dikit agak bingung ibu² jwb  "Oo bisa Yai.. bentar sya ambilkan.."<br>
-<br>
Setelah pake jilbab, bu nyai cewek langsung turun dari mobil, he he.. Dan begitu turun dari mobil masya Allahhh.... bu nyai cewek langsung di serbu sama ibu² untuk bergantian cium tangan bu nyai cewek.. Ngalap barokah kaliee... h h he.. Mendapat penghormatan seperti itu seketika wajah bunyai cewek langsung pucat, lisannya kelu diam sejuta bahasa dan tubuhnya pun serasa kayu.. Ia begitu merasa terhormat dipersilahkan masuk lalu dijamu dan dilayani dgn sebaik baiknya selayaknya Bu Nyai sungguhan..<br>
Setelah pengajian selesai, jamuan daharan dihidangkan (tempat hanya terpisah kiri dan kanan dgn tempat kyai, jadi masih tetep terlihat).. Dan sebelum acara makan² dimulai (di tempat jamuan bunyai cwk) para ibu² jama'ah memohon barokah do'a dari bunyai cwek.. Allahu Akbar..!! Bagaikan disambar petir saat ia dimintai barokah doa.. Untung masih hafal ROBBANA ATINA.. h h he..<br>
Seperti saat baru datang, bu nyai cewek kembali di kerumuni ibu² untuk bergantian cium tangan ketikan berpamitan hendak pulang, sambil diantar bareng² ke mobil.. (welehhh.. cik mulyonee dadi bunyai dadakan h he he.. Tahu bulat keleess digoreng dadakaann.. )<br>
-<br>
Di dalam mobil (pulang) bunyai menangis sejadi jadinya, kayak orang yg baru terkena musibah besaarr.. Setelah agak reda nangisnya, Kyai mulai memberi nasehat..<br>
"Apakah sampyan tidak melihat dan berfikir, tentang bagaimana cara orang2 tadi memperlakukanmu, menghormatimu, mengerumunimu, mengantarkanmu dan mereka juga rela antri hanya untuk dapat menciumi tanganmu satu demi satu, bahkan meminta barokah doa darimu.. Padahal sebenarnya kamu itu siapa..??? Orang yg tidak lebih mahal dari harga sayuran kangkung, bayam, terong dan lain sebagainya.." (bunyai kembali mengangis tetapi yai tetep melanjutkan nasehat)<br>
"Ketika anda menjual sayuran kangkung, bayam dan terong, anda masih memiliki harga diri tetapi ketika anda menjual diri anda sudah tidak lagi memiliki harga dihadapan Allah.. Hari ini anda mendapatkan nasehat yg mungkin adalah nasehat terbesar dalam hidup anda maka segeralah bertaubat dan memohon ampun sama Allah.. Jangan sampai nyawa merenggut sebelum anda bertaubat.."<br>
Setelah mendengar nasehat yai, bunyai cewek akhirnya berbicara walaupun masih sambil terisak.. "Terimakasih yai atas nasehatnya.. Dan berkah dari kejadian ini, mulai saat ini saya bertaubat dan akan berhenti dari pekerjaan laknat ini.. sekali lg trimksh yai.."<br>
-<br>
Alhamdulillahhh.. Berkah tindakan bijaksana seorang kyai, bisa menyentuh hati seorang pelacur hingga bertaubat..<br>
-<br>
Seperti itulah derajat manusia (walau seorang pelacur sekalipun) hanya Allah yang Maha Tahu..</p>
<p dir="ltr">Semoga saja dapat istiqomah dalam taubatnya..<br>
Aamin..<br>
Semoga cerita ini benar adanya.<br>
Wallahua'lam bisshowab</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-67911892461765064712016-04-02T06:13:00.001-07:002016-04-02T06:13:36.615-07:00Seorang Mukmin adalah Cermin bagi Mukmin lainnya<p dir="ltr">Seorang Mukmin adalah Cermin bagi Mukmin <u>lainnya</u></p>
<p dir="ltr">Oleh: Habîb ‘Abdullâh bin Husein bin Thôhir,  Majmû’, Dârul Kutubil ‘Arabiyyah, hal. 126-127.</p>
<p dir="ltr">SAUDARAKU, ketahuilah, sesungguhnya kekasih kita Rasûlullâh saw telah diberi jawâmi’ul kalim (kalimat yang singkat tetapi sarat dengan makna).  Setiap kata yang diucapkan oleh Rasûlullâh saw sarat dengan makna dan memiliki banyak pemahaman.  Setiap orang memahami ucapan beliau saw sesuai dengan pemahaman dan cahaya yang diberikan Allâh kepadanya.  Rasûlullâh saw bersabda:<br>
اَلْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ<br>
  “Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya.”  (HR Abû Dâwûd) </p>
<p dir="ltr">Hadis di atas memiliki beberapa makna, di antaranya adalah:</p>
<p dir="ltr">Pertama, jika seorang Mukmin melihat berbagai akhlak mulia pada diri saudaranya, maka dia akan meneladaninya.  Dan jika dia melihat berbagai sifat tercela dalam diri saudaranya, dan dia mengetahui bahwa dirinya memiliki keburukan yang sama, maka dia segera berusaha membersihkan dan menyingkirkan sifat-sifat tercela itu dari dirinya.</p>
<p dir="ltr">Kedua, ketika seorang Mukmin melihat sebuah sifat tercela pada diri saudaranya, maka dia segera memerintahkan dan meminta saudaranya itu untuk menghilangkannya.  Dia menjadi cermin bagi saudaranya.  Berkat nasihatnya saudaranya dapat melihat aibnya sendiri, seperti cermin yang menampakkan keburukan wajah seseorang.</p>
<p dir="ltr">Ketiga, seorang Mukmin akan memandang kaum Mukminin sesuai dengan keadaan hatinya.  Jika hatinya baik, suci, jujur dan bersih dari berbagai sifat tercela, maka dalam pandangannya semua Mukmin adalah baik.  Dia berprasangka baik kepada seluruh Mukmin dan sama sekali tidak akan berpikiran buruk kepada mereka.  Kau akan melihat dia mudah tertipu oleh setiap orang yang berusaha menipunya dan membenarkan semua ucapan yang disampaikan kepadanya.  Sebab, dalam pandangannya semua orang berakhlak mulia seperti dirinya.  Ini adalah sebuah sifat mulia dan utama yang diberikan Allâh kepada banyak Mukmin.</p>
<p dir="ltr">Tetapi, yang lebih baik dan sempurna adalah seseorang yang mampu melihat sesuatu sebagaimana adanya, baik atau pun buruk, saleh ataupun fasik.</p>
<p dir="ltr">Seorang yang berhati busuk dan bersifat buruk, wal ‘iyâ dzubillâh, maka keburukannya ini akan menjelma pada diri setiap orang yang dilihatnya.  Setiap kali melihat seseorang dia akan berprasangka buruk kepadanya.  Sebab, yang dia lihat adalah gambaran keburukan dirinya sendiri.  Menurutnya semua orang seperti dirinya.  Rasûlullâh saw bersabda:<br>
إِذَا قَالَ اْلإِنْسَانُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ<br>
   “Jika seseorang berkata, ‘Manusia telah binasa,’ maka dialah yang paling binasa.”<br>
(HR Muslim, Abû Dâwûd, Ahmad dan Mâlik)</p>
<p dir="ltr">Seorang penyair berkata:<br>
إِذَا سَآءَ فِعْلُ الْمَرْءِ سَآءَتْ ظُنُوْنُهُ<br>
وَحَـقَّقَ مَا يَعْتَـادُهُ مِنْ تَـوَهُّمِ<br>
وَعَـادَى مُحِبِّيْـهِ بِقَوْلِ عُـدَاتِهِ<br>
وَأَصْبَحَ فِيْ شَكٍّ مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمِ<br>
Jika perilaku seseorang buruk<br>
Maka prasangkanya pun buruk<br>
Dia wujudkan kebiasaannya dengan penuh keraguan<br>
Dan memusuhi para pecintanya<br>
karena ucapan  musuhnya<br>
akhirnya dia berada dalam keraguan<br>
Seperti malam yang gelap gulita</p>
<p dir="ltr">Pernah seorang lelaki mengunjungi seorang saleh yang dikenal sebagai waliyullâh (orang yang dicintai Allâh) dan berkata kepadanya, “Wahai Tuan, aku bermimpi melihatmu dalam wujud seekor babi.”  Sang wali rhm pun menjawab, “Babi itu adalah gambaran dirimu, bukan diriku.  Ketika engkau menghadapiku, maka gambaran dirimu menjelma pada diriku.  Ketika melihat babi itu engkau mengiranya sebagai diriku.  Sesungguhnya itu adalah gambaran dirimu yang menjelma pada diriku.  Andaikata engkau baik, maka engkau akan melihatku dalam wujud yang baik.”</p>
<p dir="ltr">Karena itu kami katakan bahwa setiap orang yang bermimpi melihat Rasûlullâh saw dalam wujud yang baik, maka itu adalah tanda bahwa dirinya baik.  Tetapi, jika tidak demikian, maka itu adalah tanda bahwa dirinya memiliki kekurangan.  Kami tidak mengatakan bahwa keterangan ini berlaku untuk semua orang.  Keterangan ini hanya berlaku untuk orang yang penuh kekurangan ketika bermimpi atau bertemu dengan orang yang sempurna, setingkat dengannya atau orang yang tidak ia ketahui kedudukannya.</p>
<p dir="ltr">Pada umumnya apa yang dilihat oleh seseorang pada diri kaum Mukminin adalah gambaran keadaannya sendiri. Jika dia baik, maka dia akan melihat kebaikan dan jika dia buruk, maka dia akan melihat keburukan. Sedangkan apa yang dilihat oleh orang-orang yang memiliki kesempurnaan, seperti para Nabi as dan pewarisnya, dalam mimpi atau di luar mimpi, adalah keadaan yang sebenarnya dari orang yang mereka lihat. Sebab, gambaran diri orang-orang yang memiliki kesempurnaan tidak akan menjelma pada diri orang lain. Karena, orang lain memiliki hijab yang terlalu tebal. Tetapi, gambaran orang lain dapat menjelma pada diri mereka karena kejernihan hati mereka. Mereka dapat melihat orang lain sesuai keadaannya yang sebenarnya. </p>
<p dir="ltr">Rasûlullâh saw bersabda:</p>
<p dir="ltr">إِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ<br>
“Waspadalah terhadap firasat seorang Mukmin, sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allâh.” (HR Tirmidzî)</p>
<p dir="ltr">Keadaan seperti ini hanya khusus bagi ahlillâh. Hati-hati jangan tertipu, sebab itulah sumber keburukan.</p>
<p dir="ltr">Keempat, hati seorang Mukmin yang sempurna imannya akan menjadi tempat tajallî Allâh SWT Al-Mu`min. Sebab, Al-Mu`min adalah salah satu nama Allâh. Hati seorang Mukmin adalah tempat makrifat. Allâh SWT berkata dalam sebuah hadis qudsi:<br>
لَنْ تَسَعَنِيْ أَرْضِيْ وَلاَ سَمَآئِيْ وَوَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِيْ الْمُؤْمِنِ<br>
“Bumi dan langit-Ku tidak akan mampu menampung-Ku, dan hati hamba-Ku yang berimanlah yang mampu menampung-Ku.” (Al-Hadis)<br>
اَلْقَلْبُ بَيْتُ الرَّبِّ<br>
“Hati adalah rumah Allâh.” (Al-Hadis)</p>
<p dir="ltr">Arti kedua hadis ini adalah hati merupakan tempat bermakrifat kepada Allâh. Wallâhu Subhânahu wa Ta'âlâ a’lam.</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-87044141664762926812016-04-02T06:11:00.001-07:002016-04-02T06:11:14.104-07:00Mengenal Imam Ghazâlî<p dir="ltr">Mengenal Imam <u>Ghazâlî</u></p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, SOLO</p>
<p dir="ltr">Nama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazâlî Ath-Thûsî tidaklah asing bagi dunia ilmu, khususnya Islam.  Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir pada tahun 450 H di Thûs.  Kedua orang tua beliau berasal dari keluarga miskin yang baik.  Ayah beliau seorang pemintal kain yang suka mengunjungi para ulama, menghadiri majelis ilmu dan membantu mereka sesuai dengan kemampuannya.  Jika mendengar untaian nasihat mereka, ia menangis; memohon agar Allâh mengaruniainya seorang putra yang berilmu.  Allâh pun mengabulkan doanya.  Beliau memperoleh seorang putra yang bernama Muhammad yang di kemudian hari kita kenal sebagai Imam Ghazâlî.</p>
<p dir="ltr">Sayang, ayah yang saleh ini belum sempat melihat secara langsung keberhasilan putranya dan buah dari doanya.  Ketika Imam Ghazâlî masih kanak-kanak, ayah beliau meninggal dunia.  Sebelum meninggal, ia telah menitipkan Imam Ghazâlî dan kakaknya yang bernama Ahmad kepada seorang sufi yang miskin.  Dalam pesannya kepada sufi tersebut ia berkata, "Selama hidupku, aku tidak sempat belajar menulis.  Hal ini membuatku sangat sedih.  Kuharap kedua anakku ini dapat menutupi kekuranganku ini.  Ajarilah keduanya menulis.  Tak jadi soal jika kau habiskan sedikit warisan ini untuk membiayai keperluan mereka."</p>
<p dir="ltr">Keduanya menyetujui usulan Sang sufi kemudian menuntut ilmu di sebuah sekolah guna mendapatkan makanan penyambung nyawa.  Pengalaman masa kecil ini selalu beliau kenang, Imam Ghazâlî berkata, "Dahulu kami menuntut ilmu bukan karena Allâh (untuk mencari makan), tetapi ilmu itu tidak mengizinkannya, sehingga akhirnya kami mencari ilmu hanya karena Allâh."</p>
<p dir="ltr">Dari Thûs, Imam Ghazâlî menuju Jurjan dan belajar kepada sejumlah ulama di kota tersebut. Meskipun masih kecil, tetapi beliau rajin mencatat berbagai keterangan yang disampaikan para gurunya.  Catatan-catatan itu kemudian beliau jilid menjadi sebuah buku.  Karena memiliki buku catatan, Imam Ghazâlî tidak menghapal ilmunya.  Suatu hari, dalam sebuah perjalanan menuju kota kelahirannya, rombongan beliau dihadang oleh sekawanan perampok.  Mereka merampok segala-galanya.  Segala perlengkapan beliau termasuk buku catatan tersebut juga diambil.   Dengan berani, Imam Ghazâlî mengejar kawanan perampok itu.  Merasa dibuntuti, pimpinan perampok itu berpaling dan berkata, "Celaka kau, kembalilah atau kubunuh kau."</p>
<p dir="ltr">Imam Ghazâlî tak gentar, beliau berkata kepadanya, "Dengan kebesaran Allâh yang kepada-Nya kau memohon keselamatan, tolong kembalikan bukuku.  Ia tidak bermanfaat bagi kalian."</p>
<p dir="ltr">"Buku apa?" tanya pimpinan perampok itu.</p>
<p dir="ltr">"Sebuah buku di dalam tas kecil itu.  Aku telah melakukan perjalanan jauh untuk mendengarkan petuah para ulama dan kemudian semua keterangan mereka kucatat dalam buku itu," jawab Imam Ghazâlî.</p>
<p dir="ltr">Pimpinan perampok itu tertawa terbahak-bahak kemudian berkata, "Sekarang kau tidak mengetahui apa-apa.  Bukumu bersama kami.  Kau tidak memiliki ilmu lagi."</p>
<p dir="ltr">Kemudian ia perintahkan anak buahnya untuk menyerahkan buku itu kepada Imam Ghazâlî.  Imam Ghazâlî menyadari bahwa Allahlah yang menuntun pimpinan perampok tersebut untuk berbicara seperti itu.</p>
<p dir="ltr">Setibanya di Thûs, Imam Ghazâlî berjuang menghapalkan semua catatannya.  Dalam waktu tiga tahun, beliau berhasil menghapalnya.  Setelah itu tidak ada lagi perampok yang dapat merampas ilmunya.</p>
<p dir="ltr">Setelah itu Imam Ghazâlî merantau keberbagai kota untuk menuntut ilmu hingga menjadi ulama besar yang berjiwa mulia. Akhirnya pada hari Senin 505 H, dalam usia 55 tahun, Imam Ghazâlî berpulang ke rahmatullâh. Kakak beliau Ahmad berkata, "Pada Subuh hari Senin, adikku berwudhu dan menunaikan shalat. Setelah itu ia berkata, 'Ambilkan aku kain kafan.' Setelah menciumi kain kafan itu dan meletakkannya di atas kedua matanya, ia berkata, 'Aku siap menghadap kepada Allâh yang Maha Memiliki.' Ia lalu menjulurkan kedua kakinya, berbaring menghadap kiblat, dan meninggalkan dunia yang fana ini menuju keridhaan Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allâh menempatkan beliau di Surga yang paling tinggi, bersama para Nabi, syuhada dan shalihin.</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-16591733149938964562016-04-02T06:09:00.001-07:002016-04-02T06:09:07.458-07:00Wanita Haidh Berdiam Di Masjid<p dir="ltr">Wanita Haidh Berdiam Di <u>Masjid</u></p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, SOLO</p>
<p dir="ltr">Tanya:</p>
<p dir="ltr">Bolehkah wanita yang haidh berdiam di masjid? </p>
<p dir="ltr">Jawab:</p>
<p dir="ltr">Masjid adalah rumah Allâh. Allâh memuliakan, mensucikan dan menjaganya dari segala bentuk kotoran. Oleh karena itu, di dalam sebuah hadits, Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam bersabda :</p>
<p dir="ltr">إِنِّيْ لاَ أُحِلُّ المَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلاَ جُنُبٍ<br>
Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita haidh dan orang yang sedang junub.<br>
(HR Abû Dâwûd, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqî)</p>
<p dir="ltr">Dalam hadits yang lain, Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam bersabda :</p>
<p dir="ltr">إِنَّ الْمَسْجِدَ لاَ يَحِلُّ لِجُنُبٍ وَلاَ لِحَائِضٍ<br>
Sesungguhnya masjid tidak halal bagi orang yang junub dan juga haidh. (HR Ibnu Mâjah)</p>
<p dir="ltr">Berdasarkan hadits di atas, maka haram bagi wanita yang haidh maupun dia yang sedang junub untuk berdiam (duduk-duduk dan sejenisnya) di dalam masjid. (Lihat 'Alwî bin 'Abbâs Al-Mâlikî, Ibânatul Ahkâm, Dâruts Tsaqafatul Islâmiah, Beirut, Juz.I, hal.186)</p>
<p dir="ltr"> Wanita yang sedang haidh hanya diperbolehkan berjalan melintasi masjid, itupun jika darah haidhnya tidak akan mengotori masjid (Lihat 'Alwî bin 'Abbâs Al-Mâlikî, Ibânatul Ahkâm, Dâruts Tsaqafatul Islâmiah, Beirut, Juz.I, hal.186.). Sayidatuna 'Âisyah radhiyallâhu 'anhâ menceritakan bahwa pada suatu hari Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam berkata kepadanya :</p>
<p dir="ltr">نَاوِلِينِيْ الْخُمْرَةَ مِنَ الْمَسْجِدِ<br>
"(Wahai 'Âisyah) Ambilkanlah untukku alas duduk dari masjid."</p>
<p dir="ltr">"Sesungguhnya aku sedang haidh", jawab beliau radhiyallâhu 'anhâ.</p>
<p dir="ltr">Mendengar keterangan Sayidatuna 'Âisyah radhiyallâhu 'anhâ, Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam lantas bersabda :<br>
إِنَّ حَيْضَتَكِ لَيْسَتْ فِي يَدِكِ<br>
"Sesungguhnya haidhmu bukan di tanganmu (bukan kehendakmu)." <br>
(HR Muslim, Ahmad, Tirmidzî, Abû Dâwûd, Baihaqî, Ibnu Hibbân, Ad-Dârimî dan lainnya)<br></p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-32585750134040747092016-04-02T06:08:00.001-07:002016-04-02T06:08:12.103-07:00Haidh Mencukur Rambut Dan Memotong Kuku<p dir="ltr">Haidh Mencukur Rambut Dan Memotong <u>Kuku</u></p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, SOLO<br></p>
<p dir="ltr">Tanya :</p>
<p dir="ltr">Bolehkah seorang wanita yang sedang haidh mencukur rambut atau memotong kukunya ? </p>
<p dir="ltr">Jawab :</p>
<p dir="ltr">Pertama, seorang wanita yang sedang haidh diharamkan untuk melakukan sebelas hal, yaitu :</p>
<p dir="ltr">1. Shalat<br>
2. Thawaf<br>
3. Menyentuh Mushaf<br>
4. Membawa Mushaf<br>
5. Berdiam di Masjid<br>
6. Membaca Al-Qur’an <br>
7. Puasa<br>
8. Bercerai<br>
9. Berjalan melintasi masjid jika dikhawatirkan akan mengotorinya<br>
10. Bersetubuh (menikmati sesuatu di antara pusar dan lutut)<br>
11. Berwudhu</p>
<p dir="ltr">(Lihat Ahmad bin 'Umar Asy-Syâthirî, Nailur Rajâ`, Dârul Minhâj, hal.88-90.)</p>
<p dir="ltr">Jika kita perhatikan, mencukur rambut atau memotong kuku tidaklah termasuk satu dari kesebelas hal yang diharamkan di atas. Kendati demikian, sebaiknya hal tersebut tidak dilakukan kecuali setelah ia suci. Imam Al-Ghazâlî di dalam bukunya, Ihyâ 'Ulûmiddîn menjelaskan :</p>
<p dir="ltr">وَلاَ يَنْبَغِيْ أَنْ يَحْلِقَ أَوْ يَقْلِمَ أَوْ يَسْتَحِدَّ أَوْ يُخْرِجَ الدَّمَ أَوْ يُبِيْنَ مِنْ نَفْسِهِ جُزْءاً وَ هُوَ جُنُبٌ، إِذْ تَرِدُ إِلَيْهِ سَائِرُ أَجْزَائِهِ فيْ اْلآخِرَةِ فَيَعُوْدُ جُنُباً، وَيُقَالُ: إِنَّ كُلَّ شَعْرَةٍ تُطَالِبُهُ بِجَنَابَتِهَا</p>
<p dir="rtl">Seorang yang sedang junub hendaknya tidak mencukur rambutnya atau memotong kukunya atau mencukur rambut kemaluannya atau mengeluarkan darah atau menghilangkan salah satu bagian tubuhnya. Sebab, seluruh bagian tubuh tersebut akan mendatanginya dalam keadaan junub (berhadats besar). Dan dinyatakan pula bahwa setiap rambut kelak akan menuntutnya karena ia kembali ke tubuh dalam keadaan junub. (Muhammad bin Muhammad Al-Ghazâlî, Ihyâ 'Ulûmiddîn, Dârul Fikr, 1995, Juz.II, hal.37.)</p>
<p dir="ltr">Berdasarkan pendapat Imam Al-Ghazâlî di atas, seseorang yang sedang berhadats besar, baik junub maupun haidh, sebaiknya tidak mencukur rambut, memotong kuku, berbekam, mencabut gigi, dan sejenisnya agar kelak seluruh anggota tubuhnya dikembalikan kepadanya dalam keadaan suci.<br></p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-28888375836391676452016-04-02T06:07:00.001-07:002016-04-02T06:07:20.087-07:00KEKUATAN FIRASAT MUKMIN<p dir="ltr">KEKUATAN FIRASAT <u>MUKMIN</u></p>
<p dir="ltr">Oleh Habib Ali bin Husein Al-‘Athâs Bungur<br></p>
<p dir="ltr">Allâh akan memberi seorang Mukmin cahaya sesuai tingkat keimanannya. Dengan cahaya itu dia mampu melihat hakikat segala sesuatu dan tidak tertipu oleh bentuk lahiriahnya. Menurut para Muhaqqiq iman akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Oleh karena itu seorang Mukmin jangan mencela orang lain jika ia tidak merasakan kehadiran cahaya tersebut dalam dirinya. Ia harus mencela dirinya sendiri.<br>
وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ<br>
Dan barang siapa tidak diberi cahaya oleh Allâh, maka sedikit pun dia tidak memiliki cahaya. (An-Nûr, 24:40)</p>
<p dir="ltr">Agar lebih jelas simaklah kisah berikut:</p>
<p dir="ltr">Dahulu ada seorang ahli Kitab yang menyamar sebagai seorang Muslim dan berusaha mencari-cari kesalahan umat Islam. Ia suka menghadiri majelis para ulama dan mengajukan berbagai pertanyaan yang berat. Pada suatu hari ia menghadiri majelis seorang ulama yang saleh dan memiliki cahaya. Ia bertanya kepadanya, “Wahai Tuanku, apakah makna sabda Nabi saw berikut:<br>
إِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ<br>
“Waspadalah terhadap firasat seorang Mukmin, karena sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allâh.” (HR Tirmidzî)</p>
<p dir="ltr">Orang saleh itu menunduk sejenak lalu mengangkat kepalanya dan berkata, “Makna sabda Rasûlullâh saw tadi adalah potonglah Zunnâr (Zunnâr: selendang yang harus dikenakan oleh kafir dzimmî yang hidup di negara Islam, untuk membedakan mereka dengan umat Islam.) yang terikat di dadamu dan keluarlah engkau dari masjid.”</p>
<p dir="ltr">Ia menjelaskan hakikat hadis itu dan sekaligus membongkar rahasia si penanya yang kafir itu. Si ahli kitab lalu menghampiri sang Syeikh, bersimpuh di hadapannya lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allâh dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya.” Ia kemudian menjadi seorang Muslim yang baik.</p>
<p dir="ltr">Disadur dari buku, Tâjul A’rôs, I, karya Habib Ali bin Husein Al-‘Athâs, penerbit Menara Kudus, cet. ke-1, Agustus 1977, Hal.138.</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-73734087273470055492016-03-27T06:51:00.001-07:002016-03-27T06:51:04.935-07:00Sang ayah<p dir="ltr">SANG AYAH DALAM KENANGAN (Oleh Habib Novel Alaydrus) : https://youtu.be/a7JrA3<u>XUpaY</u></p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-23573737645028528902016-03-27T06:50:00.001-07:002016-03-27T06:50:24.829-07:00Menjalin Hubungan Dengan Mereka Yang Telah Meninggal Dunia<p dir="ltr">Menjalin Hubungan Dengan Mereka Yang Telah Meninggal <u>Dunia</u></p>
<p dir="ltr">Oleh: Habîb 'Alî Bin Abû Bakar As-Sakrân<br>
Dikutip dari: Ma’ârijul Hidâyah, Habîb ‘Alî bin Abû Bakar As-Sakrân, Al-Mathba’ah Al-Mishriyyah bil Azhar, t.c., t.t., hal.59.<br></p>
<p dir="ltr">BARANG SIAPA memiliki hubungan dengan orang-orang yang telah meninggal dunia dengan terbiasa menghadiahkan pahala membaca Al-Qurân, dzikir, doa, sedekah dan ibadah lainnya, maka kelak di kubur dia tidak akan merasa kesepian. Bahkan, setelah meninggal dunia dia akan merasa senang. Dia seperti orang yang berkunjung ke rumah teman yang pandai menghibur dan selalu memuliakannya.</p>
<p dir="ltr">Jika engkau sering mengirim surat dan hadiah kepada orang yang tinggal di negara lain serta menjamunya saat dia datang mengunjungimu, maka bagaimana kiranya ketika engkau mengunjunginya di negaranya? Tentu dia akan berbuat baik kepadamu, menghiburmu dan memuliakanmu. Engkau tidak akan merasa kesepian.</p>
<p dir="ltr">Catatan:<br>
Habîb 'Alî Bin Abû Bakar bin ‘Abdurrahmân Assaqqâf lahir pada tahun 818 H dan wafat pada hari Minggu 12 Muharram 895 H dalam usia 77 tahun. Anak beliau 12, 7 lelaki dan 5 perempuan.<br>
</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-41755776676733832942016-03-27T06:49:00.001-07:002016-03-27T06:49:44.691-07:00Haidh Membaca Yâsîn Saat Tahlilan<p dir="ltr">Haidh Membaca Yâsîn Saat <u>Tahlilan</u></p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, SOLO</p>
<p dir="ltr">Tanya :</p>
<p dir="ltr">Bolehkah seseorang yang sedang haidh membaca surat Yâsîn saat melayat atau menghadiri acara tahlilan ? </p>
<p dir="ltr">Jawab :</p>
<p dir="ltr">  Dalam sebuah hadits, Rasûlullâh shallallâhu 'alahi wa sallam bersabda :</p>
<p dir="ltr">لاَ تَقْرَإِ الْحَائِضُ، وَلاَ الْجُنُبُ شَيْئاً مِنَ القُرْآنِ<br>
Seseorang yang sedang haidh (menstruasi) dan juga sedang junub tidak boleh membaca sesuatu dari Al-Qur’an.            (HR Tirmidzî dan Baihaqî)</p>
<p dir="ltr">  Oleh karena itu, menurut pendapat Imam Syâfi'î, seseorang yang tengah mengalami haidh haram membaca Al-Qur’an, termasuk diantaranya adalah membaca surat Yâsîn, Al-Fâtihah, Al-Ikhlâs, Al-Falaq, An-Nâs dan sebagainya ketika mengikuti acara tahlilan maupun saat melayat jenazah, sebab semua bacaan tersebut diniatkan untuk membaca Al-Qur’an.  Lain halnya jika seseorang yang sedang haidh ingin membaca berbagai doa dan dzikir yang terdapat di dalam Al-Qur’an, maka hal tersebut diizinkan.  Sebagai contoh, membaca doa safar, membaca basmalah ketika akan makan dan lain sebagainya.</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-52625242346219983012016-03-27T06:48:00.001-07:002016-03-27T06:48:55.463-07:00Majelis Rasûlullâh
Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<p dir="ltr">Majelis Rasûlullâh</p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad <u>Alaydrus</u><br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, SOLO</p>
<p dir="ltr">Di dalam Masjid tampak orang-orang duduk melingkar dengan tenang dan rapi.  Tiada sepatah kata ataupun gerakan yang mengusik keheningan masjid.  Yang terdengar hanyalah suara merdu, lembut dan penuh cinta yang menuturkan untaian mutiara tiada tara.  Suara yang dirindukan oleh setiap pecinta, suara kekasih Allâh Al-Musthafâ shallallâhu 'alaihi wa sallam menyampaikan sabda-sabdanya.  Mereka semua tenggelam dalam keheningan menyaksikan keindahan baginda Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam.  Setiap orang ingin duduk di dekat beliau, menatap wajah beliau yang mulia. Kendati demikian, mereka tidak berdesak-desakan.  Suatu hari, barisan depan majelis Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam telah dipenuhi oleh para sahabat.  Beberapa sahabat yang pernah ikut perang Badar (ahli Badar) tidak mendapatkan tempat duduk.  Mereka lantas berdiri di hadapan Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam menanti agar diberi tempat oleh sahabat yang lain.  Akan tetapi, tidak ada seorangpun yang bergerak dari tempat duduknya.  Menyaksikan hal ini, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam segera memerintahkan beberapa sahabat yang tidak ikut perang Badar — yang saat itu berada di dekat beliau — untuk berdiri dan memberikan tempatnya kepada para sahabat ahli Badar.   Kemudian turunlah wahyu Allâh yang berbunyi:</p>
<p dir="ltr">يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِمِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ</p>
<p dir="rtl">Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allâh akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allâh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allâh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. <br>
                                            (QS. Al-Mujâdilah, 58:11)</p>
<p dir="ltr">Demikianlah keadaan majelis Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam.  Beliau menempatkan setiap orang sesuai dengan kedudukannya.  Orang-orang yang memiliki kedudukan di sisi Allâh, berjasa bagi Islam dan muslimin, beliau tempatkan di depan.  Begitu pula dengan orang-orang yang berilmu dan lebih tua.  Setelah ayat di atas turun, maka para sahabat pun suka memberi tempat kepada sahabat yang lain, meneladani AlQur’an dan Sunah Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam.</p>
<p dir="ltr">Dalam kesempatan lain, ketika Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam sedang duduk bersama para sahabatnya di sebuah rumah, tiba-tiba seorang sahabat bernama Jarîr bin 'Abdullâh datang dan berdiri di pintu karena ruangan telah dipenuhi oleh para sahabat yang hadir lebih awal.  Ketika melihat kedatangan Jarîr, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam segera menengok ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang masih luang untuknya.  Ternyata semua tempat telah dipadati oleh para sahabat.  Melihat hal ini, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam segera melipat selendang beliau, menyerahkannya (melemparkannya) kepada Jarîr dan berkata, "Duduklah di atas selendang itu, wahai Jarîr."  Jarîr pun menerima selendang itu, memeluknya dengan penuh cinta dan menciumnya dengan hangat.  Ia tidak kuasa untuk duduk di atas selendang Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam.  Jarîr lalu mengembalikan selendang itu kepada Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Semoga Allâh memuliakanmu wahai Rasul, sebagaimana engkau memuliakanku."</p>
<p dir="ltr">Melihat perlakuan Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam kepada Jarîr tersebut para sahabat tercengang dan berkata :</p>
<p dir="ltr">"Duhai Rasûlullâh, hari ini kami melihat engkau memperlakukan Jarîr dengan suatu perlakuan yang sebelumnya tidak pernah engkau lakukan kepada seorangpun."</p>
<p dir="ltr">"Benar, Jarîr ini adalah tokoh masyarakat," jawab Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam.</p>
<p dir="ltr">Setelah itu beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda :</p>
<p dir="ltr">إِذَا أَتَاكُمْ كَرِيْمُ قَوْمٍ اكْرِمُوْهُ<br>
"Jika datang kepada kalian seorang yang mulia dari suatu kaum (pemuka masyarakat ), maka muliakanlah dia." </p>
<p dir="ltr">Duhai Rasul, betapa mulia akhlakmu, sungguh agung budi pekertimu. Selendang yang mulia, yang senantiasa melekat di tubuhmu, yang engkau gunakan ketika shalat, dalam perjalanan bahkan menemanimu dalam jihad, engkau serahkan kepada Jarîr untuk didudukinya?</p>
<p dir="ltr">Sungguh, ini merupakan sebuah penghormatan besar yang dilakukan oleh Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dalam rangka memuliakan setiap orang yang mulia. Rasulullah tidak kuasa membiarkannya duduk di belakang juga tanpa alas. Ya Allâh, limpahkanlah shalawat dan salam tanpa henti kepada kekasih kami, RasulMu tercinta, Al-Musthafa shallallâhu 'alaihi wa sallam.</p>
<p dir="ltr">Betapa senang hati kita saat orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung kemudian melayani kita, bahkan memberikan sorbannya sebagai alas duduk kita. Begitulah akhlak Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Sudahkah kita meniru akhlak Rasul shallallâhu 'alaihi wa sallam yang mulia ini?</p>
<p dir="ltr">Dalam kisah di atas sangat banyak pelajaran yang dapat kita petik. Saat ini keberkahan majelis ilmu seringkali sirna karena tidak mencontoh dan meneladani tata cara majelis ilmu Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam. Agar majelis ilmu menjadi berkah dan bermanfaat, setiap orang hendaknya menjaga adab. Jika dia seorang yang berilmu, tokoh masyarakat, orang tua, maka hendaknya ia didudukkan di barisan depan. Sedangkan anak-anak dan kaum remaja, hendaknya menempati posisi yang lebih di belakang. Kemudian jika ada seseorang yang memiliki kedudukan, baik itu ulama ataupun yang lainnya, datang terlambat karena sebuah keperluan, bukan karena disengaja, maka hendaknya ia diberi tempat sesuai dengan kedudukannya. Selain itu yang tidak kalah penting dan sangat berpengaruh terhadap keberkahan majelis adalah ketenangan di dalam majelis dan tidak berdesak-desakan. Setiap orang hendaknya mencari posisi duduk yang nyaman, mengarahkan pandangan kepada pimpinan majelis, diam, tidak berbicara ataupun melakukan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan suara yang dapat mengganggu ketenangan majelis.</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-87829520169127743862016-03-27T06:47:00.001-07:002016-03-27T06:47:23.415-07:00DOA ORANG TUA UNTUK ANAK
Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<p dir="ltr">DOA ORANG TUA UNTUK ANAK</p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad <u>Alaydrus</u><br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, SOLO</p>
<p dir="ltr">بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ</p>
<p dir="rtl">اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِفْتَاحِ بَابِ رَحْمَةِ اللهِ،<br>
عَدَدَ مَا فِيْ عِلْمِ اللهِ، صَلاَةً وَسَلاَمًا دَآئِمَيْنِ بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ، وَعَلَى آلِهلِهِ وَصَحْبِهِ</p>
<p dir="rtl">رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا</p>
<p dir="rtl">Duhai Tuhan kami, jadikanlah pasangan hidup dan keturunan kami sebagai penyejuk mata kami (sesuatu yang menggembirakan kami), dan jadikanlah kami sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa.<br></p>
<p dir="ltr">رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ، رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ</p>
<p dir="rtl">Duhai Tuhanku, Jadikanlah aku sebagai orang yang pandai mendirikan shalat, begitu pula dengan keturunanku. Duhai Tuhan kami, terimalah doaku.<br></p>
<p dir="ltr">أَللّهُمَّ إِنِّيْ أُعِيْذُ أَوْلاَدِيْ بِكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ، مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ</p>
<p dir="rtl">Ya Allah, sesungguhnya aku jadikan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna sebagai pelindung anak-anakku dari gangguan setan dan bentuk mara bahaya serta pandangan yang penuh kedengkian<br></p>
<p dir="ltr">أَللّهُمَّ بَارِكْ فِيْ أَوْلاَدِيْ وَلاَ تَضُرَّهُمْ، وَارْزُقْنِيْ بِرَّهُمْ،<br>
وَاجْعَلْهُمْ قُرَّةَ عَيْنٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِوَالِدَيْهِمْ</p>
<p dir="rtl">Ya Allah, berkatilah anak-anakku, jangan timpakan sesuatu yang membahayakan mereka. Karuniailah aku bakti mereka, jadikanlah mereka sebagai penyejuk hati Nabi Muhammad saw dan kedua orang tua mereka.<br></p>
<p dir="ltr">أَللّهُمَّ نَوِّرْ قُلُوْبَهُمْ بِأَنْوَارِ مَعْرِفَتِكَ،<br>
وَافْتَحْ لَهُمْ فُتُوْحَ الْعَارِفِيْنَ، وَ هَبْ لَهُمْ مَا وَهَبْتَهُ لِعِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ،<br>
وَاسْتَعْمِلْهُمْ فِيْ طَاعَتِكَ، وَاجْعَلْ أَلْسِنَتَهُمْ رَطْبًا بِذِكْرِكَ</p>
<p dir="rtl">Ya Allah, terangkanlah hati mereka dengan cahaya makrifat kepada-Mu, singkapkanlah kepada mereka ilmu kaum arifin, berikanlah kepada mereka apa yang telah Engkau karuniakan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh, jadikanlah mereka sebagai orang yang selalu taat kepada-Mu dan jadikanlah lisan mereka selalu basah berdzikir kepada-Mu.<br></p>
<p dir="ltr">وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ<br></p>
<p dir="rtl">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-47649882735635620452016-03-27T06:46:00.003-07:002016-03-27T06:46:45.053-07:00Kiat Hidup Bermasyarakat<p dir="ltr">Kiat Hidup <u>Bermasyarakat</u></p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus,<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo<br></p>
<p dir="ltr">SUATU HARI, Ahmad bin Hambal radhiyallâhu ‘anhu bertanya kepada Hâtim Al-Asham cara selamat dari masyarakat. Hatim pun berkata:</p>
<p dir="ltr">Pertama, dermakan hartamu kepada mereka dan jangan meminta mereka untuk memberikan hartanya kepadamu.</p>
<p dir="ltr">Kedua, penuhilah hak-hak mereka dan jangan menuntut mereka untuk memenuhi hak-hakmu.</p>
<p dir="ltr">Ketiga, bersabarlah menanggung gangguan mereka dan jangan mengganggu mereka.</p>
<p dir="ltr">Jika semua ini telah kau lakukan, kau belum tentu selamat dari mereka. Semoga saja kau selamat.</p>
<p dir="ltr">Disadur dari: Adz-Dzahabî, Siar A'lâm Nubalâ, Dârul Fikr, Beirut-Libanon, juz.7, hal.486.<br></p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
http://bit.ly/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
<p dir="ltr">Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-11339983302872727222016-03-27T06:46:00.001-07:002016-03-27T06:46:06.409-07:00ISTIGHFAR
Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<p dir="ltr">ISTIGHFAR</p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad <u>Alaydrus</u>,<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo</p>
<p dir="ltr">Saudaraku, entah kebodohan apa yang menyelimuti diri kita ini.  Setiap saat kita berbuat dosa, durhaka kepada Allah tanpa henti, melanggar berbagai aturan dan norma hukum yang ditetapkan-Nya, tetapi kata-kata maaf walau sekedar di lisan pun jarang atau tidak pernah kita ucapkan.  Seakan surga ini milik kita dan kita dapat memasukinya kapan pun kita mau.</p>
<p dir="ltr">Coba kita ingat bagaimana sikap Nabi Muhammad saw.  Beliau tidak pernah dan tidak akan berbuat dosa atau kesalahan.  Allah telah mengangkat dan memilih beliau sebagai orang yang paling mulia dan paling Ia cintai dari semua makhluk-Nya.  Kendati demikian Rasulullah saw bersabda:</p>
<p dir="ltr">“Demi Allah, setiap hari aku beristighfar dan bertobat kepada Allah lebih dari 70 kali.”</p>
<p dir="ltr">Istighfar memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah: mencegah turunnya bencana dan siksa, menghapuskan dosa, memudahkan rezeki dan keturunan, melancarkan usaha, menghapuskan duka dan kesedihan dan melenyapkan kesempitan hidup.  Coba simak ayat berikut:</p>
<p dir="ltr">“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengzdzab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka.  Dan tidak pula Allah akan mengadzab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.”  (Al-Anfal, 8:33)</p>
<p dir="ltr">“Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun.  Niscaya Dia akan mengirimkan hujan yang lebat kepada kalian, dan memberi kalian harta dan anak-anak yang banyak, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan pula (di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.”  (Nuh, 71:10-12)</p>
<p dir="ltr">Tentunya berbagai keutamaan ini akan kita peroleh jika kita beristighfar dengan sesungguhnya, yakni dengan benar-benar meminta ampun kepada Allah.  Kendati demikian, sekedar istighfar di lisan sudah mendatangkan pahala yang sangat besar, di antaranya pahala dzikir lisan, selamatnya kita dari dosa ghibah (menggunjing), dusta, mengadu domba dan lain sebagainya.</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval<br>
Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-84677480763912250432016-03-27T06:45:00.001-07:002016-03-27T06:45:01.556-07:00Kekuatan Semangat (Himmah)<p dir="ltr">Kekuatan Semangat (Himmah)</p>
<p dir="ltr">Habîb ‘Ahmad bin Hasan Al-Haddâd, Tatsbîtul Fuâd, juz.1. hal.214.<br>
Diterjemahkan Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus,<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo</p>
<p dir="ltr">Seseorang yang semangatnya terikat dengan Allâh, maka sesungguhnya ia telah memasuki samudera yang tak bertepi. Ia akan mendapatkan apa yang dicita-citakannya, meskipun cita-citanya teramat tinggi dan tubuhnya lemah. Semangatnya tersebut akan mengantarkannya untuk memperoleh sesuatu yang tidak dapat digapai oleh tubuhnya yang lemah dan kekuatannya yang lemah. Sebagaimana diceritakan, pernah seorang raja di tanah Arab mengutus seseorang untuk menemui seorang raja di Cina untuk menanyakan bagaimana ia dapat berusia panjang dan berkuasa demikian lama, sedangkan ia adalah seorang kafir. Sedangkan kaum Muslimin tidak memperoleh yang ia peroleh. Sang raja Cina itu kemudian membawa si utusan untuk melihat sebuah pohon yang sangat besar dan kuat sembari berkata, "Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu, sebelum engkau mampu menumbangkan pohon ini." Sang utusan merasa sulit mendapatkan jawaban dari sang raja, sedangkan ia ingin segera kembali ke negerinya. Maka, seluruh semangatnya (pikiran dan perhatiannya) tertuju pada usaha untuk menumbangkan pohon tersebut. Ia tahu, selama pohon itu belum tumbang, ia tidak akan memperoleh jawaban. Selama beberapa hari ia mondar-mandir mendatangi pohon tersebut sembari mengharap agar pohon itu tumbang, hingga akhirnya pohon itu benar-benar tumbang. Sang raja pun berkata kepadanya, "Inilah jawabannya." Sang utusan pun kembali ke negaranya menjumpai raja yang mengutusnya dan ia ceritakan permasalahan pohon tersebut. Mendengar ceritanya, sang raja merenung sembari menundukkan kepala. Setelah itu ia berkata, "Semoga Allâh membinasakan raja (kafir) tersebut. Ia sungguh cerdas."</p>
<p dir="ltr">"Apa arti semua ini?" tanya sang utusan.<br>
"Artinya, ia berkata kepadamu bahwa kamu yang hanya seorang diri, ketika seluruh semangatmu tertuju kepada usaha agar pohon yang kuat itu tumbang, maka ia pun tumbang. Sedangkan kalian, begitu banyak semangat orang-orang yang kalian dzalimi tertuju kepada kalian (agar kalian tumbang). Lalu bagaimana mungkin kalian dapat berkuasa lama dan menikmati kekuasaan. Ini adalah sesuatu yang mustahil," jawab sang raja. <br></p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-23817560757997765972016-03-27T06:44:00.001-07:002016-03-27T06:44:08.306-07:00Kurma Untuk Sang Anak
Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<p dir="ltr">Kurma Untuk Sang Anak <br>
Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad <u>Alaydrus</u>,<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo</p>
<p dir="ltr">Dalam keadaan yang paling menderita sekalipun, seorang ibu akan senantiasa mengutamakan kebahagiaan anaknya di atas dirinya. Memandang sang anak tersenyum manis, tertawa riang, merupakan kebahagiaan yang tiada tara bagi sang Ibu.</p>
<p dir="ltr">Suatu hari, seorang wanita miskin bersama kedua anak perempuannya yang masih kecil mendatangi Sayyidah 'Âisyah radhiyallâhu 'anhâ. Beliau pun segera memberikan tiga butir kurma yang dimilikinya kepada wanita itu. Ia kemudian memberikan kepada masing-masing anaknya sebutir kurma. Ketika wanita itu hendak memakan sebutir kurma yang tersisa, kedua putrinya meminta kurma yang akan dimakannya. Sang ibu yang penuh kasih pun segera membelah kurma itu menjadi dua bagian dan memberikan setiap bagian kepada kedua putrinya. Pemandangan ini sangat menyentuh hati Sayyidah 'Âisyah radhiyallâhu 'anhâ, sehingga beliau pun menceritakannya kepada Rasûlullâh saw. Mendengar penuturan istrinya tercinta, Rasûlullâh saw pun bersabda:</p>
<p dir="ltr">إِنَّ اللهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ<br>
Sesungguhnya Allâh telah memastikan wanita itu untuk masuk Surga, atau menyelamatkannya dari siksa Neraka.” (HR Muslim)<br></p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-41865220372067800252016-03-27T06:43:00.001-07:002016-03-27T06:43:01.875-07:00MENGAPA HARUS BERMADZHAB<p dir="ltr"><u>MENGAPA</u> HARUS <u>BERMADZHAB</u><br>
Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus,<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo</p>
<p dir="ltr">Tanya :</p>
<p dir="ltr">Kenapa kebanyakan umat Islam dalam beribadah memakai madzhab Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi atau Hambali, bukankah yang benar adalah yang mengikuti AlQur’an dan Sunnah (Hadits)?  Kenapa tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?</p>
<p dir="ltr">Jawab :</p>
<p dir="ltr">Sebuah pertanyaan yang menarik, mengapa kita harus bermadzhab?  Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?</p>
<p dir="ltr">Kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?" seakan-akan menghakimi bahwa orang yang bermadzhab itu tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah.  Penggunaan kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?" tersebut telah menyebabkan sebagian orang memandang remeh ijtihad dan keilmuan para ulama, terutama ulama terdahulu yang sangat dikenal kesalehan dan keluasan ilmunya.  Dengan menggunakan kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?" sekelompok orang sebenarnya sedang berusaha mengajak pendengar dan pembaca tulisannya untuk mengikuti cara berpikirnya, metodenya dalam memahami AlQur’an dan Sunnah, serta menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar, karena ia telah berpegang kepada AlQur’an dan Sunnah, bukan fatwa atau pendapat para ulama.  Hal semacam ini tentunya sangat berbahaya.</p>
<p dir="ltr">Sebenarnya sungguh aneh jika seseorang menyatakan agar kita tidak bermadzhab dan seharusnya kembali kepada AlQur’an dan Sunnah.  Mengapa aneh, coba perhatikan, apakah dengan mengikuti suatu madzhab berarti tidak mengikuti AlQur’an dan Sunnah?  Madzhab mana yang tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah?  Justru para pemuka madzhab tersebut adalah orang-orang yang sangat paham tentang AlQur’an dan Sunnah. Coba dicek, hasil ijtihad yang mana dalam suatu madzhab, yang tidak kembali kepada AlQur’an dan Al Hadits?</p>
<p dir="ltr">Ternyata semua hasil ijtihad keempat madzhab yang populer di dalam Islam semuanya bersumber kepada AlQur’an dan Hadits.  Artinya dengan bermadzhab kita justru sedang kembali kepada AlQur’an dan Hadits dengan cara yang benar, yaitu mengikuti ulama yang dikenal keluasan ilmu dan kesalehannya.</p>
<p dir="ltr">Akhir-akhir ini memang muncul sekelompok orang yang sangat fanatik dengan golongannya dan secara sistematis berupaya mengajak umat Islam meninggalkan madzhab.  Mereka seringkali berkata, "Kembalilah kepada Alquran dan Sunnah".  Ajakan ini sepintas tampak benar, akan tetapi sangat berbahaya, karena secara tidak langsung mereka menggunakan kalimat (propaganda) di atas untuk menjauhkan umat dari meyakini pendapat para ulama terdahulu yang telah mumpuni.  Mereka memaksakan agar kita semua hanya mengikuti pendapat gurunya.</p>
<p dir="ltr">Kemudian perhatikan lebih cermat lagi, apakah mereka yang menyatakan kembali kepada AlQur’an dan Sunnah benar-benar langsung kembali kepada AlQur’an dan Sunnah? Tidak bukan, mereka ternyata menyampaikan pendapat guru-gurunya.  Artinya, mereka sendiri sedang membuat madzhab baru sesuai pemikiran guru-gurunya.<br>
  <br>
Coba bayangkan, andai saja setiap orang kembali kepada AlQur’an dan Sunnah secara langsung, tanpa bertanya kepada pakarnya, apa yang akan terjadi?  Yang terjadi adalah setiap orang akan menafsirkan AlQur’an dan Sunnah menurut akalnya sendiri, jalan pikirnya sendiri, sehingga akan sangat berbahaya.<br>
  <br>
Oleh karena itu, kita harus bermadzhab, agar kita tidak salah memahami AlQur’an dan Sunnah.  Kita sadar, tingkat keilmuan para pakar yang ada di masa ini tidak dapat disamakan dengan para ulama terdahulu, begitu pula tingkat ibadah dan kesalehan mereka.</p>
<p dir="ltr">Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-13300521390025029142016-03-27T06:42:00.001-07:002016-03-27T06:42:16.088-07:00Keutamaan Menuntut Ilmu
Diterjemahkan Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus<p dir="ltr"><u>Keutamaan</u> Menuntut Ilmu<br>
Diterjemahkan Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad <u>Alaydrus</u>,<br>
Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo</p>
<p dir="ltr">Di dalam sebuah hadis marfû’, Mu’âdz bin Jabal ra berkata :</p>
<p dir="ltr">Tuntutlah ilmu, sebab menuntut ilmu karena Allâh adalah kebaikan, usaha untuk mencari ilmu adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbîh, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah, menyampaikannya kepada ahlinya adalah pendekatan diri kepada Allâh.  Ilmu adalah teman yang menghibur saat kesepian, sahabat ketika sendirian, petunjuk saat senang maupun susah, wakil di hadapan teman-teman, pendamping ketika bersama para sahabat dan mercusuar yang menerangi jalan menuju surga.  </p>
<p dir="ltr">Dengan ilmu, Allâh memuliakan suatu kaum sehingga mereka menjadi suri tauladan kebajikan dan pemberi petunjuk yang diteladani.  Orang-orang yang berilmu menjadi pemberi petunjuk kebajikan.  Napak tilas mereka selalu dicari dan segala perbuatan mereka diikuti.  Para Malaikat pun ingin menghias mereka dan dengan sayapnya membelai mereka.  Segala sesuatu yang basah maupun kering ber-tasbîh untuk mereka, bahkan segala jenis ikan, hewan laut, hewan buas, ternak darat, langit dan bintang-bintang memintakan ampun bagi mereka.  Ilmu membuat hati yang buta menjadi hidup, menyinari mata saat berada dalam kegelapan, memperkuat tubuh ketika lemah dan menyampaikan seorang hamba kepada kedudukan para abrâr dan derajat yang tinggi.  Merenungkan ilmu dapat disamakan dengan berpuasa (Sunnah) dan mempelajarinya dapat disamakan dengan shalat (Sunnah).  Dengannya Allâh ditaati, disembah, diesakan dan ditakuti.  Dengan ilmu, hubungan silaturahim dapat bersambung.  Ilmu adalah pemimpin dan amal adalah pengikutnya.  Ilmu diberikan Allâh kepada orang-orang yang berbahagia (su’adâ`) dan tidak diberikan kepada orang-orang yang sengsara (asyqiyâ`).</p>
<p dir="ltr">📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-13990230145656902682016-03-27T06:41:00.001-07:002016-03-27T06:41:15.233-07:00Mengemban tugas sebagai abdi<p dir="ltr">Sendiri...<br>
tiada yang mengerti<br>
apalagi menemani<br>
Mengemban tugas sebagai <u>abdi</u><br>
Dihujat dicaci dimaki<br>
Suara merdu yang terdengar di jalan ini<br>
Hampir setiap hari</p>
<p dir="ltr">Sungguh...<br>
Sedih hati ini...<br>
Ketika tiada yang mengerti...<br>
Sendiri...aku sendiri...<br>
Tiada yang menemani...</p>
<p dir="ltr">Apa yang kau cari...<br>
Coba tanyakan pada diri..<br>
Sungguh mati itu pasti<br>
Dan mendekat kian hari<br>
Berjalan cepat tanpa henti<br>
Menjemput paksa setiap abdi...<br>
Surga atau neraka tempat kembali<br>
Sebenarnya engkau telah mengerti...<br>
Walau keputusan di Tangan Ilahi </p>
<p dir="ltr">Apa yang kau cari<br>
Kau dambakan dalam hidup ini<br>
Benarkah ridha ilahi<br>
Atau puja puji<br>
Dan berbangga diri...</p>
<p dir="ltr">Dalam sendiri nan sunyi...<br>
Terdengar suara nan menghampiri...<br>
Kemari dan kemari...<br>
AKU TUHANMU KAN MENEMANI....<br>
Sungguh nikmat terasa di hati...<br>
Saat tak menengok hidup ini...<br>
Maka sungguh ALLAH selalu menemani.... </p>
<p dir="ltr">Novel bin Muhammad Alaydrus<br>
Solo, Senin, 14 Maret 2016</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-73944795817949592962016-03-27T06:39:00.001-07:002016-03-27T06:39:52.262-07:00Sekilas Mengenal Menantu Nabi
Khalifah ‘Alî bin Abî Thâlib <p dir="ltr"><u>Sekilas</u> Mengenal Menantu Nabi<br>
Khalifah ‘Alî bin Abî Thâlib </p>
<p dir="ltr">Oleh Ustadz Novel bin Muhammad Alaydrus</p>
<p dir="ltr">  Abu Thurab, itulah julukan yang diberikan oleh Nabi saw kepada beliau.  Sayidina ‘Alî ra lahir di Mekah dan di dalam Kakbah 32 tahun setelah kelahiran Nabi saw.  Kemudian beliau tumbuh dewasa di rumah Rasulullah saw.  Kebejatan dan kehinaan Jahiliyah tidak sedikit pun mampu mempengaruhi beliau.  Selama hidupnya beliau tidak pernah menyembah berhala maupun sujud kepada sebuah patung.  Karena itulah beliau disebut dengan “Karromallôhu wajhah” (semoga Allah menyucikan wajahnya).<br>
  Saat berusia 8 tahun, Sayidina ‘Alî ra memeluk Islam.  Beliau adalah orang pertama dari kalangan anak-anak yang memeluk Islam.  Kemudian pada tahun 2 H, saat mencapai usia 21 tahun, beliau menikah dengan Fathimah az-Zahra putri Nabi saw.  Sayyidah Fathimah saat itu berusia 15 tahun.<br>
  Ketika mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, Rasulullah saw berkata kepada Sayidina ‘Alî, “Engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat.”  Sabda beliau saw ini cukup menunjukkan kemuliaan Sayidina ‘Alî ra.  Salah satu bukti keberanian beliau adalah kerelaan beliau untuk berbaring di tempat tidur Nabi saw di malam Nabi Hijrah untuk memperdaya orang-orang kafir.<br>
  Beliau wafat dalam usia 63 tahun dan menjabat sebagai khalifah selama 4 tahun 9 bulan. <br>
  Keluasan ilmu, ketakwaan, keberanian dan sifat-sifat mulia Sayidina ‘Alî tak mungkin dapat dituliskan dalam berjilid-jilid buku, apalagi dalam satu halaman kecil ini.  Sebagai pemuas dahaga kita, berikut adalah beberapa mutiara hikmah dan nasihat beliau ra.<br>
  “Sebaik-baik temanmu adalah ia yang membantumu.  Dan sebaik-baik teman yang membantumu adalah ia yang mencukupi kebutuhanmu.”<br>
  “Pergaulan dengan orang-orang yang jahat akan menghasilkan prasangka buruk kepada orang-orang yang baik.”<br>
  “Sebaik-baik teman adalah ia yang membimbingmu kepada kebenaran.”<br>
   “Sebaik-baik ucapan adalah yang ringkas tetapi memberikan petunjuk.”<br>
  “Tanda hati seseorang adalah perbuatannya.  Dan tanda ilmu seseorang adalah ucapannya.”<br>
  “Bunuhlah keburukan yang terdapat di hati orang lain dengan mencabut keburukan itu dari hatimu.”<br>
  “Pelajarilah ilmu, dengan ilmu itu kau akan dikenal.  Kemudian amalkanlah ilmu itu, kau akan menjadi ahlinya.”</p>
<p dir="ltr">Majelis Ar-Raudhah Pusat (Habib Novel bin Muhammad Alaydrus)<br>
📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-14571955269385376572016-03-27T06:37:00.003-07:002016-03-27T06:38:43.107-07:00Duhai Rasul
Oleh Imam Al-Ghazali<p dir="ltr">Duhai Rasul<br>
Oleh: Imam <u>Al-Ghazali</u><br>
Diterjemahkan Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus, Solo</p>
<p dir="ltr">Ketika Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam meninggalkan dunia yang fana ini, alam pun bersedih.  Di tengah kesedihan mereka, sembari menangis, Sayyidinâ 'Umar berkata:</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, dahulu engkau memiliki sebatang kurma sebagai tempat berpidatomu.  Ketika engkau dirikan sebuah mimbar baru untuk menyampaikan pesan-pesanmu kepada masyarakat yang jumlahnya semakin banyak, batang kurma itu pun merintih karena sedih berpisah denganmu.   Ia baru tenang dan berhenti merintih, setelah engkau letakkan tanganmu di atasnya.  Duhai Rasul, sesungguhnya umatmu lebih pantas untuk merintih rindu kepadamu, saat engkau meninggalkan mereka.</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh.  Ia jadikan ketaatan kepada-Mu sebagai ketaatan kepada-Nya.  Allâh 'Azza Wa Jalla mewahyukan:</p>
<p dir="ltr">مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ<br>
Barang siapa yang mematuhi Rasul, sungguh ia telah mematuhi Allâh.  (An-Nisâ, 4:80)</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh.  Ia telah memaafkanmu, sebelum menyebutkan kesalahanmu, sebagaimana tersebut dalam wahyu-Nya:</p>
<p dir="ltr">عَفَا اللهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِيْنَ</p>
<p dir="rtl">Semoga Allâh memaafkanmu.  Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keudzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? (At-Taubah, 9:43)</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh.  Kendati mengutusmu sebagai Nabi yang terakhir, akan tetapi di dalam wahyu-Nya, terlebih dahulu Ia sebut dirimu sebelum mereka.  Allâh mewahyukan:</p>
<p dir="ltr">وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا<br>
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nûh, Ibrâhîm, Mûsâ dan 'Îsâ putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,  (Al-Ahzab, 33:7)</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh, hingga para penghuni Neraka sangat ingin menjadi orang-orang yang mentaatimu, padahal mereka sedang tersiksa di dalamnya.  Mereka berkata:</p>
<p dir="ltr">يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُوْلاَ<br>
Oh alangkah baiknya andaikata dahulu kami taat kepada Allâh dan taat (pula) kepada Rasul.  (Al-Ahzab, 33:66)</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh, jika Mûsâ putra 'Imrân dikaruniai Allâh sebuah batu yang darinya memancar air laksana sungai, maka apakah hal itu lebih menakjubkan dari jari-jemarimu yang bisa memancarkan air? Semoga shalawat Allâh senantiasa terlimpahkan kepadamu.</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, jika Sulaimân putra Dâwûd dikaruniai Allâh, angin yang bergerak dengan kecepatan sejauh perjalanan sebulan, baik pagi maupun sore, maka apakah hal itu lebih menakjubkan dari Burâq yang menjadi tungganganmu dalam perjalanan menembus tujuh lapis langis dan kemudian subuh hari itu pula engkau telah berada di Abthah guna menunaikan shalat Subuh? Semoga shalawat Allâh senantiasa terlimpahkan kepadamu.</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, jika 'Îsâ putra Maryam telah dikaruniai Allâh kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang telah meninggal dunia, maka apakah hal itu lebih menakjubkan dari seekor kambing panggang beracun, yang ketika pahanya hendak engkau makan, ia berkata kepadamu</p>
<p dir="ltr">"Jangan engkau memakanku, karena aku beracun."</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh, Nûh telah mendoakan kaumnya dengan doanya yang berbunyi:</p>
<p dir="ltr">رَبِّ لاَ تَذَرْ عَلَى اْلأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِيْنَ دَيَّارًا<br>
Duhai Tuhanku, jangan Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nûh, 71:26)</p>
<p dir="ltr">Andaikan engkau mendoakan kami seperti itu, niscaya kami semua akan binasa. Namun, walau punggungmu diinjak, wajahmu berlumuran darah dan gigimu tanggal, yang terucap darimu hanyalah kebaikan. Engkau justru berkata:</p>
<p dir="ltr">أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ<br>
Ya Allâh Tuhanku, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, walau usiamu sedikit dan umurmu pendek, tetapi pengikutmu melebihi jumlah mereka yang mengikuti Nûh yang panjang usianya. Sungguh, telah beriman kepadamu anak manusia dalam jumlah yang banyak, sementara tidak beriman kepada Nûh kecuali sejumlah kecil dari mereka.</p>
<p dir="ltr">Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, andaikan engkau hanya mau bergaul dengan orang-orang yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak akan duduk bersama kami. Andaikan engkau tidak menikah kecuali dengan wanita-wanita yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak akan menikahi wanita-wanita kami. Andaikan engkau tidak melimpahkan suatu tugas kecuali kepada orang-orang yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak akan menunjuk seorang pun dari kami sebagai wakilmu. Namun, demi Allâh, engkau duduk bersama kami, menikahi sebagian wanita kami, mewakilkan sesuatu kepada kami, mengenakan pakaian terbuat dari kulit domba, mengendarai keledai, memboncengkan kami, meletakkan makananmu di atas lantai dan setelah makan engkau jilati jari-jemarimu demi merendahkan diri kepada Allâh. Semoga shalawat dan salam Allâh senantiasa terlimpahkan kepadamu. (Lihat Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya 'Ulumiddin, Darul Fikr, Juz.I, 1995, hal.287.)<br></p>
<p dir="ltr">Majelis Ar-Raudhah Pusat (Habib Novel bin Muhammad Alaydrus)<br>
📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @<u>habibnoval</u><br>
</p>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-19169820354411794682016-03-27T06:37:00.001-07:002016-03-27T06:37:01.192-07:00Qiyâmul Lail
Dikutip Dari Buku Miftahussarair Wa Kanzudz Dzakhoir<p dir="ltr">Qiyâmul Lail<br>
Dikutip Dari Buku Miftahussarair Wa Kanzudz <u>Dzakhoir</u><br>
Karya Syeikh Abû Bakar bin Sâlim<br>
Diterjemahkan Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus, Solo<br></p>
<p dir="ltr">Allâh Ta’âlâ berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad saw:</p>
<p dir="ltr">يَآاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ، قُمِ الْلَّيْلَ اِلاَّ قَلِيْلاً، نِّصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلاً، أَوْزِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلاً<br>
<br>
“Hai orang yang berselimut (Rasûlullâh), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit dari padanya, yaitu seperduanya atau kurangi sedikit dari seperdua, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Quran dengan tartil.” (Al-Muzzammil 73:1-4)<br>
<br>
Salah seorang sufi berkata, “Sejak 40 tahun yang lalu tiada yang dapat membuatku sedih kecuali terbitnya fajar.” Sufi yang lain berkata, “Kalau bukan karena malam, tentu aku tidak akan mencintai kehidupan ini walau sesaat.”</p>
<p dir="ltr">Mereka para sufi, semoga Allâh memberi kita manfaat dengannya, telah menemukan kenikmatan yang luar biasa dalam shalat malam. Mereka menyendiri dengan Tuhan dalam kegelapan malam, saat manusia lelap dalam tidurnya. Mereka bermunajah kepada Allâh dalam sujud mereka, air mata mereka berderai, nur menyelubungi mereka, hijab tersingkap dan tampaklah keelokan mereka.</p>
<p dir="ltr">سِيْمَا هُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ أَثَرِالسُّجُوْدِ<br>
Pada muka mereka tampak tanda-tanda dari bekas sujud. (Al-Fath 48:29)</p>
<p dir="ltr">اُوْلئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ<br>
Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman, mereka memperoleh beberapa derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka, juga ampunan dan rezeki yang murah. (Al-Anfâl 8:4)<br></p>
<p dir="ltr">Majelis Ar-Raudhah Pusat (Habib Novel bin Muhammad Alaydrus)<br>
📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4824186870305964491.post-37201513827546802982016-03-27T06:35:00.001-07:002016-03-27T06:35:39.388-07:00Menolak Bencana Dengan Berderma<p dir="ltr">Menolak Bencana Dengan Berderma<br>
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad<br>
Diterjemahkan oleh:<br>
Ustadz Novel bin Muhammad Alaydrus, Solo</p>
<p dir="ltr"> Allâh memberikan kepada manusia berbagai musibah (ujian) dan memerintahkan mereka untuk melakukan berbagai kebaikan. Jika mereka mau menunaikan perintah Allâh tersebut, maka IA akan memalingkan musibah itu dari mereka. Sayangnya, mereka dikalahkan oleh setan dan hawa nafsu yang menghalangi mereka untuk melakukan berbagai ketaatan. Jika mereka mau berjuang melawan setan dan hawa nafsunya, kemudian melaksanakan apa yang diperintahkan Allâh, yaitu mau membantu orang-orang yang membutuhkan, memberi hutang kepada orang yang hendak meminjamnya, memberi makan orang yang kelaparan, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, dan sejenisnya, maka Allâh akan memalingkan musibah yang sedang mereka alami dari mereka semua. Akan tetapi, jika mereka tidak mau melakukan ini, maka Allâh akan melipatgandakan musibah tersebut. Setiap kali tertimpa musibah, manusia seharusnya segera berbuat kebajikan, sehingga Allâh akan menghapuskan musibah itu. (Habîb ‘Ahmad bin Hasan bin 'Abdullâh Bin ‘Alwî bin Muhammad bin Ahmad Al-Haddâd, Tatsbîtul Fuâd, juz.1. hal.345-346.)</p>
<p dir="ltr">Majelis Ar-Raudhah Pusat, <br>
Majelis Ar-Raudhah Pusat (Habib Novel bin Muhammad Alaydrus)<br>
📣 Telegram Channel :<br>
Telegram.me/majelisarraudhah</p>
<p dir="ltr">Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval</p>
Unknownnoreply@blogger.com0