TEMBOK YA'JUJ MA'JUJ | DAJJAL | YA’JUJ DAN MA’JUJ | al jassasah | wasiat ali bin abi thalib kepada hasan | hilal awal bulan romadhon | bid'ah maulid | bid'ah tahlilan

Selasa, 07 Mei 2013

karomah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

Karomah, bukanlah istilah yang asing di telinga kaum
muslimin. Ia merupakan bagian dari agama ini. Oleh karena
itu, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah meyakini adanya karomah
dan sesungguhnya ia datang dari sisi Allah . Tahukah
anda, apa yang dimaksud dengan Karomah?
Definisi Karomah
Karomah adalah kejadian diluar kebiasaan (tabiat manusia)
yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba dalam
rangka mengokohkan hamba tersebut dan agamanya.
Adapun sebagian ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
- tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa,
bacaan, ataupun dzikir khusus;
- terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia
mengetahui terjadinya (karomah tersebut) ataupun tidak;
- tanpa disertai pengakuan (dari pemiliknya) sebagai
seorang nabi. (Syarhu Ushulil I’tiqad 9/15 dan Syarhu Al
Aqidah Al Wasithiyah 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu
Utsaimin)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Dan termasuk
dari prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah ialah meyakini
adanya karomah para wali dan berbagai keluarbiasaan
yang Allah izinkan terjadi melalui tangan-tangan mereka
baik yang berkaitan dengan ilmu, mukasyafat (mengetahui
hal-hal yang tersembunyi), maupun bermacam-macam
keluarbiasaan (kemampuan) atau pengaruh-
pengaruh.” (Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, hal.207).
Karomah ini tetap ada sampai akhir zaman dan lebih
banyak terjadi pada umat ini daripada umat-umat
sebelumnya, yang demikian itu menunjukkan keridhaan
Allah terhadap hamba-Nya dan sebagai pertolongan
baginya dalam urusan dunianya atau agamanya. Namun
bukan berarti Allah benci terhadap orang-orang yang
tidak nampak karomah padanya.
Perkara “Karomah” ini telah tsabit (ditetapkan,
dikokohkan) secara nash baik di dalam Al Qur’an maupun
As Sunnah, bahkan juga secara kenyataan.
Kepada Siapakah Karomah ini Diberikan?
Karomah ini Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang
benar-benar beriman serta bertaqwa kepada-Nya, yang
disebut dengan wali Allah . Allah berfirman ketika
menyebutkan tentang sifat-sifat wali-Nya (artinya):
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada
kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan
mereka senantiasa bertaqwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Dalam ayat ini Allah mengkhabarkan tentang keadaan
wali-wali-Nya dan sifat-sifat mereka, yaitu: “Orang-orang
yang beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan
takdir yang baik maupun yang buruk.”
Kemudian mereka merealisasikan keimanan mereka dengan
melakukan ketakwaan dengan cara melakukan segala
perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
(Taisirul Karimir Rahman karya As Sa’di hal, 368)
Apakah wali Allah itu memiliki atribut-atribut tertentu?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan
bahwa wali-wali Allah itu tidak memiliki sesuatu yang
membedakan antara mereka dengan manusia lainnya dari
perkara-perkara dhahir yang hukumnya mubah seperti:
pakaian, potongan rambut atau kuku. Dan merekapun ada
yang sebagai ahli Al Qur’an, ahli ilmu agama, ahli
berperang, pedagang, pengrajin atau para petani.
(Disarikan dari Majmu’ Fatawa 11/194)
Apakah wali Allah itu harus memiliki karomah?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan
bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki karomah.
Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karomah terkadang
lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh karena itu,
karomah yang terjadi di kalangan para tabi’in lebih
banyak daripada yang terjadi di kalangan para sahabat,
padahal para sahabat lebih tinggi derajatnya daripada
para tabi’in. (Disarikan dari Majmu’ Fatawa 11/283)
Apakah setiap yang diluar kebiasaan dinamakan
‘Karomah’?
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Nashir Ar Rasyid rahimahullah
memberikan suatu kesimpulan bahwa sesuatu yang diluar
kebiasaan ada tiga macam:
? Mu’jizat yang terjadi pada para rasul dan nabi
? Karomah yang terjadi pada para wali Allah
? Tipuan setan yang terjadi pada wali-wali setan
(Disarikan dari At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).
Sedangkan untuk mengetahui apakah itu karomah atau
tipu daya setan tentu saja dengan kita mengenal sejauh
mana keimanan dan ketakwaan pada masing-masing orang
yang terjadi padanya keluarbiasaan (wali) tersebut. Al
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila kalian
melihat seseorang berjalan diatas air atau terbang di
udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu
dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam
mengikuti (tuntunan) Rasulullah r.” (A’lamus Sunnah Al
Manshurah hal. 193)
Beberapa Contoh Karomah
1. Allah berfirman (artinya): “Setiap kali Zakaria masuk
untuk menemui Maryam di mihrob, ia dapati makanan di
sisinya, Zakaria berkata: “Hai Maryam, dari mana kamu
memperoleh makanan ini?”. Maryam menjawab:” Makanan
itu dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberikan rizki
kepada yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali ‘Imran:
37)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “Ayat ini
merupakan dalil akan adanya karomah para wali yang
diluar kebiasaan manusia, sebagaimana yang telah
mutawatir dari hadits-hadits tentang permasalahan ini.
Tidak seperti orang-orang yang mengingkari adanya
karomah ini.” (Taisirul Karimur Rahman, hal: 129)
2. Apa yang terjadi pada “Ashhabul Kahfi” (penghuni
gua). Suatu kisah agung yang terdapat dalam surat Al
Kahfi. Allah berfirman (artinya):
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan pada
mereka petunjuk.” (QS. Al Kahfi: 13). Mereka ini (Ashabul
Kahfi) sebelumnya hidup di tengah-tengah masyarakat
yang kafir (dengan pemerintahan yang kafir) lalu mereka
lari dari masyarakat itu. Dalam rangka menyelamatkan
agama mereka, kemudian Allah melindungi mereka di dalam
Al Kahfi (gua yang luas yang berada di gunung).
Tatkala Allah telah selamatkan mereka di dalam gua
tersebut, lalu Allah tidurkan mereka dalam waktu yang
sangat panjang, disebutkan dalam ayat (artinya):
“Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al Kahfi:25).
3. Diantara karomah para wali yang disebutkan dalam Al
Qur’an adalah apa yang terjadi pada Dzul Qornain yaitu
seorang raja yang shalih yang Allah nyatakan (artinya):
“Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya
di muka bumi dan kami telah memberikan kepadanya jalan
untuk mencapai segala sesuatu.” (Al Kahfi :84)
4. Diantara karomah para wali juga apa yang terjadi
pada kedua orang tua seorang anak yang dibunuh oleh
nabi Khidhir yang ketika itu nabi Musa mengatakan:
“Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih padahal dia
tidak membunuh orang lain?”, yang kemudian Khidhir
menjawabnya: “Dan adapun anak itu maka kedua orang
tuanya adalah orang yang mukmin dan kami khawatir
bahwa dia akan menariknya kepada kesesatan dan
kekafiran.” (Al Kahfi:74)
5. Apa yang telah diriwayatkan secara mutawatir
tentang berita salafus shalih dari para sahabat y, tabi’in,
tabiut tabi’in dan generasi setelah mereka tentang
perkara karomah yang terjadi pada diri mereka.
Perbedaan Antara Karomah Dan Perbuatan Syaithan
Ada sesuatu yang bukan mu’jizat dan juga bukan
karomah, dia adalah “Al Ahwal As
Syaithaniyyah” (perbuatan syaithan). Inilah yang banyak
menipu kaum muslimin, dengan anggapan bahwa ia
karomah, padahal justru tidak ada kaitannya dengan
karomah, karena:
- Karomah datangnya dari Allah sedangkan ia jelas
datangnya dari syaithan. Sebagaimana yang terjadi pada
Musailamah Al Kadzdzab dan Al Aswad Al Ansyi (dua
orang pendusta di zaman Rasulullah r yang mengaku
sebagai nabi) dan menyampaikan perkara-perkara yang
ghaib, ini jelas merupakan perbuatan syaithan.
- Demikian pula karomah para wali Allah disebabkan
kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Barang siapa
yang bertaqwa kepada Allah maka ia pun menjadi wali
Allah .” Sedangkan perbuatan syaithan ini dikarenakan
kufurnya mereka kepada Allah dengan melakukan
kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah , dan
syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan.
- Karomah merupakan suatu pemberian dari Allah kepada
hamba-Nya yang shalih dengan tanpa susah payah
melakukan pendahuluan tertentu seperti bacaan-bacaan
atau dzikir-dzikir khusus, berbeda dengan perbuatan
syaithan, maka ini terjadi dengan susah payah setelah
sebelumnya ia berbuat syirik atau maksiat kepada Allah .
- Karomah para wali tidak bisa disanggah atau dibatalkan
dengan sesuatupun. Berbeda dengan perbuatan syaithan
yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah
atau dibacakan ayat kursi atau yang semisalnya dari
ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan Syaikhul Islam menyebutkan
bahwa ada seseorang yang terbang di atas udara
kemudian datang seseorang dari Salafushshalih lalu
dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia
jatuh dan mati.
- Karomah tidaklah menjadikan seseorang sombong dan
merasa bangga diri, justru dengan adanya karomah ini
menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah dan
semakin mensyukuri nikmat Allah . Adapun perbuatan
syaithan bisa menjadikan seseorang bangga diri atau
sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh
terhadap Allah , sehingga dari sini jelaslah bagi kita akan
hakekat karomah dan perbuatan syaithan.
Syubhat dan Bantahannya
Disana ada beberapa kelompok yang mengingkari adanya
karomah, yaitu: Jahmiyah, Mu’tazilah’ dan sebagian dari
Asy’ariyah. Mereka berdalil dengan syubhat-syubhat yang
dilandasi dengan akal mereka yang rendah. Mereka
mengatakan: “Bahwa terjadinya karomah itu hanya
merupakan perkara yang akan menjadikan kesamaran
antara nabi dengan para wali dan antara wali dengan
Dajjal.”
Bantahan syubhat ini (secara ringkas) adalah:
Pertama: kita yakin dengan keyakinan yang mantap
bahwa karomah itu benar-benar ada, berdasarkan dalil
baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah dan kenyataan
yang ada (sebagaimana yang telah disebutkan diatas).
Kedua: ucapan mereka bahwa karomah dapat menjadikan
kesamaran antara wali dengan seorang Nabi, justru
tidaklah demikian, karena wali sama sekali tidak berkaitan
dengan kenabian, dan apa yang terjadi dari karomah itu
dikarenakan kuatnya keimanan dan ketakwaan dia kepada
Allah dan disebabkan waro’nya.
Sedangkan kesamaran yang dikhawatirkan antara wali
Allah dengan Dajjal (wali syaithan), maka sungguh dapat
dilihat dari kehidupan seseorang yang terjadi padanya
keluarbiasaan itu. Kemudian dilihat dari keadaannya
apakah dia seorang yang shalih atau seorang yang fasiq.
Demikianlah timbangan yang benar didalam menghukumi
seseorang yang terjadi padanya perkara-perkara yang
diluar kebiasaan manusia.
Macam-Macam Manusia Dalam Mensikapi Masalah Karomah
Pertama: Orang-orang yang mengingkari adanya karomah
yaitu dari kelompok ahli bid’ah seperti Mu’tazilah,
Jahmiyyah, dan sebagian dari Asy’ariyah. Dengan alasan
yang telah disebutkan diatas.
Kedua: Orang-orang yang bersikap ghuluw (berlebih-
lebihan) dalam menetapkan karomah yaitu dari kalangan
orang-orang “Sufi” dan para “Penyembah kubur”, yang
menganggap segala keluarbiasaan itu sebagai karomah,
tanpa memperhatikan keadaan pelakunya atau pemiliknya.
Ketiga: Orang-orang yang mengimani serta membenarkan
adanya karomah dan mereka tetapkan karomah tersebut
sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran dan As
Sunnah. Mereka itu adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
(lihat syarah Al Aqidah Al Wasithiyah karya Asy Syaikh
Shalih bin Fauzan Al Fauzan, hal: 207-208)
Wallahu A’lam bish Shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar