TEMBOK YA'JUJ MA'JUJ | DAJJAL | YA’JUJ DAN MA’JUJ | al jassasah | wasiat ali bin abi thalib kepada hasan | hilal awal bulan romadhon | bid'ah maulid | bid'ah tahlilan

Sabtu, 02 April 2016

KEKUATAN FIRASAT MUKMIN

KEKUATAN FIRASAT MUKMIN

Oleh Habib Ali bin Husein Al-‘Athâs Bungur

Allâh akan memberi seorang Mukmin cahaya sesuai tingkat keimanannya.  Dengan cahaya itu dia mampu melihat hakikat segala sesuatu dan tidak tertipu oleh bentuk lahiriahnya.  Menurut para Muhaqqiq iman akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.  Oleh karena itu seorang Mukmin jangan mencela orang lain jika ia tidak merasakan kehadiran cahaya tersebut dalam dirinya.  Ia harus mencela dirinya sendiri.
وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ
Dan barang siapa tidak diberi cahaya oleh Allâh, maka sedikit pun dia tidak memiliki cahaya.  (An-Nûr, 24:40)

Agar lebih jelas simaklah kisah berikut:

Dahulu ada seorang ahli Kitab yang menyamar sebagai seorang Muslim dan berusaha mencari-cari kesalahan umat Islam.  Ia suka menghadiri majelis para ulama dan mengajukan berbagai pertanyaan yang berat.  Pada suatu hari ia menghadiri majelis seorang ulama yang saleh dan memiliki cahaya.  Ia bertanya kepadanya, “Wahai Tuanku, apakah makna sabda Nabi saw berikut:
إِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“Waspadalah terhadap firasat seorang Mukmin, karena sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allâh.”  (HR Tirmidzî)

Orang saleh itu menunduk sejenak lalu mengangkat kepalanya dan berkata, “Makna sabda Rasûlullâh saw tadi adalah potonglah Zunnâr (Zunnâr: selendang yang harus dikenakan oleh kafir dzimmî yang hidup di negara Islam, untuk membedakan mereka dengan umat Islam.) yang terikat di dadamu dan keluarlah engkau dari masjid.”

Ia menjelaskan hakikat hadis itu dan sekaligus membongkar rahasia si penanya yang kafir itu.  Si ahli kitab lalu menghampiri sang Syeikh, bersimpuh di hadapannya lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allâh dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya.”  Ia kemudian menjadi seorang Muslim yang baik.

Disadur dari buku, Tâjul A’rôs, I, karya Habib Ali bin Husein Al-‘Athâs, penerbit Menara Kudus, cet. ke-1, Agustus 1977, Hal.138.

📣 Telegram Channel :
http://bit.ly/majelisarraudhah

Untuk Bertanya dan Berkomentar silahkan PM atau Japri ke @habibnoval

Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada….. 😊😊😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar