TEMBOK YA'JUJ MA'JUJ | DAJJAL | YA’JUJ DAN MA’JUJ | al jassasah | wasiat ali bin abi thalib kepada hasan | hilal awal bulan romadhon | bid'ah maulid | bid'ah tahlilan

Kamis, 09 Maret 2017

*Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?* Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Bahlul beserta rombongan kawan-kawannya menemukan sebuah oase yang tampak sejuk. Mereka berniat untuk rehat sejenak di sana, sudah dapat dipastikan, hal pertama yang mereka inginkan adalah air untuk melepaskan dahaga mereka. "Wahai sahib, lihatlah !.. Allah ta'ala telah menjawab keinginan kita dengan anugerahNya", sambut salah satu kawan Bahlul ketika melihat ada kubangan air yang jernih ditengah oase tersebut. Dengan senangnya mereka menghampiri kubangan air tersebut termasuk Bahlul. Mereka pun segera menciduk dan meminum air kubangan yang jernih dan bersih itu. Satu - dua teguk, Bahlul menyudahi minum air kubangan itu dan pergi menyingkir untuk kemudian duduk dibawah pohon kurma dekat kubangan itu, sementara kawan-kawannya yang lain malah asyik dan bergembira. "Ini adalah anugerah Allah kepada kita, Alhamdulillah !", teriak mereka dengan senangnya. "Hei Bahlul !, tidakkah engkau juga merasakannya ?!, apakah engkau tidak menikmati ini semua sebagai karunia dari Allah kepada kita ? yang belum tentu orang lain mendapatkannya.", teriak salah satu dari mereka kepada Bahlul. Bahlul hanya tersenyum mendengar teriakan itu, kemudian dia berkata,"Berhati-hatilah wahai sahib, jangan sampai salah satu dari kalian mengotorinya." "Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?, bukankah kita semua disini bersyukur kepada Nya akan hal ini ?", jawab kawannya itu. Tidak berapa lama kemudian, salah satu dari mereka masuk kedalam kubangan air itu dan membasahi seluruh tubuhnya. Ia terlihat amat bergembira, sementara kawannya yang lain hanya dapat menyaksikan dan turut serta bergembira dengan tertawa-tawa melihat tingkahnya didalam kubangan air itu. Setelah selesai, ia pun bangkit dari kubangan air itu, dengan wajah yang berseri-seri ia menghampiri Bahlul, "Lihatlah aku ini Bahlul !, aku telah merasakan sepenuhnya anugerah Allah itu, dan aku akan menceritakannya kepada mu bagaimana rasanya, setelah melepas dahaga untuk kemudian mandi di dalam kubangan itu." "Baiklah sahib.. nah, sekarang coba engkau dan juga yang lain, lihatlah kepada kubangan air itu, bagaimana tampaknya sekarang", balas Bahlul. Seperti tersentak dalam sekejap, mereka semua menghampiri dan melihat kubangan air itu, tidak lagi jernih dan bersih seperti pada awal mereka melihatnya. Kubangan air itu tampak kotor dan keruh. Mereka saling pandang satu sama lain, sementara salah satu dari mereka yang tadi mandi didalamnya, hanya dapat mengusap wajahnya berkali-kali untuk mengeringkan sisa air yang terdapat pada wajahnya sambil terus melihat kedalam kubangan air itu. Bahlul berdiri dari tempat duduknya, ia tertawa melihat keadaan mereka yang hanya bisa diam dan melongo, "Wahai sahib-sahibku, sekarang.. siapakah yang berani merasakan kebodohannya sendiri dan menceritakannya kepadaku dengan gembira ria seperti tadi tentang bagaimana rasanya ?"

*Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?*

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Bahlul beserta rombongan kawan-kawannya menemukan sebuah oase yang tampak sejuk. Mereka berniat untuk rehat sejenak di sana, sudah dapat dipastikan, hal pertama yang mereka inginkan adalah air untuk melepaskan dahaga mereka.

"Wahai sahib, lihatlah !.. Allah ta'ala telah menjawab keinginan kita dengan anugerahNya", sambut salah satu kawan Bahlul ketika melihat ada kubangan air yang jernih ditengah oase tersebut.

Dengan senangnya mereka menghampiri kubangan air tersebut termasuk Bahlul. Mereka pun segera menciduk dan meminum air kubangan yang jernih dan bersih itu. Satu - dua teguk, Bahlul menyudahi minum air kubangan itu dan pergi menyingkir untuk kemudian duduk dibawah pohon kurma dekat kubangan itu, sementara kawan-kawannya yang lain malah asyik dan bergembira.

"Ini adalah anugerah Allah kepada kita, Alhamdulillah !", teriak mereka dengan senangnya. "Hei Bahlul !, tidakkah engkau juga merasakannya ?!, apakah engkau tidak menikmati ini semua sebagai karunia dari Allah kepada kita ? yang belum tentu orang lain mendapatkannya.", teriak salah satu dari mereka kepada Bahlul.

Bahlul hanya tersenyum mendengar teriakan itu, kemudian dia berkata,"Berhati-hatilah wahai sahib, jangan sampai salah satu dari kalian mengotorinya."

"Bagaimana mungkin kami mengotori anugerah atau karunia Allah ini ?, bukankah kita semua disini bersyukur kepada Nya akan hal ini ?", jawab kawannya itu.

Tidak berapa lama kemudian, salah satu dari mereka masuk kedalam kubangan air itu dan membasahi seluruh tubuhnya. Ia terlihat amat bergembira, sementara kawannya yang lain hanya dapat menyaksikan dan turut serta bergembira dengan tertawa-tawa melihat tingkahnya didalam kubangan air itu.

Setelah selesai, ia pun bangkit dari kubangan air itu, dengan wajah yang berseri-seri ia menghampiri Bahlul, "Lihatlah aku ini Bahlul !, aku telah merasakan sepenuhnya anugerah Allah itu, dan aku akan menceritakannya kepada mu bagaimana rasanya, setelah melepas dahaga untuk kemudian mandi di dalam kubangan itu."

"Baiklah sahib.. nah, sekarang coba engkau dan juga yang lain, lihatlah kepada kubangan air itu, bagaimana tampaknya sekarang", balas Bahlul.

Seperti tersentak dalam sekejap, mereka semua menghampiri dan melihat kubangan air itu, tidak lagi jernih dan bersih seperti pada awal mereka melihatnya. Kubangan air itu tampak kotor dan keruh. Mereka saling pandang satu sama lain, sementara salah satu dari mereka yang tadi mandi didalamnya, hanya dapat mengusap wajahnya berkali-kali untuk mengeringkan sisa air yang terdapat pada wajahnya sambil terus melihat kedalam kubangan air itu.

Bahlul berdiri dari tempat duduknya, ia tertawa melihat keadaan mereka yang hanya bisa diam dan melongo, "Wahai sahib-sahibku, sekarang.. siapakah yang berani merasakan kebodohannya sendiri dan menceritakannya kepadaku dengan gembira ria seperti tadi tentang bagaimana rasanya ?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar