TENTANG IBNU TAIMIYAH (ANTARA PRO DAN KONTRA)
Saudaraku PSIC tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap perbedaan yang ada di kalangan saudara-saudara Muslim kita. Izinkan saya menyampaikan mengenai Ibnu Taimiyah ANTARA MASA BELIAU DALAM SATU PENDAPAT dengan para imam semasa beliau -PADA SAAT SESAT tidak sependapat dengan para imam-imam pada masa beliau -DAN TOBATNYA BELIAU (pro kontra hingga sekarang), karena di ada yang diminta dipostingkan. Karena sangat panjang pembahasannya dari kalangan Ahlisunnah waljama'ah serta pro kontra antara Setiap kalangan dalam kedudukan Syeh Ibnu Taimiyah. Izinkan saya memostingkannya secara bertahap pada koment-koment dibawah postingan ini. Insyaallah jika ada waktu. (ingat bukan untuk diperdebatkan 'akan saya kasih rujukan agar semua dapat membaca secara personal dari yang pro dan kontra dalam kitab-kitabnya, termasuk karangan Ibnu Taimiyah sendiri)
SEKILAS TENTANG IBNU TAIMIYAH
Ahmad Ibnu Taimiyah lahir di Harran, Syiria ditengah keluarga berilmu yang bermadzhab Hanbali. Ayahnya adalah seorang yang berparawakan tenang. Beliau dihormati oleh para ulama Syam dan para pejabat pemerintah sehingga mereka mempercayakan beberapa jabatan ilmiyah kepadanya untuk membantunya. Setelah ayahnya wafat, Ibnu Taimiyah menggantikan posisinya. Orang-orang yang selama ini mempercayai ayahnya bahkan menghadiri majlisnya guna mendorong dan memotivasinya untuk meneruskan untuk meneruskan tugas-tugas ayahnya dan memujinya. Namun pujian tersebut ternyata justru membuat Ibnu Taimiyah terlena dan tidak menyadari motif sebenarnya di balik pujian tersebut. Ibnu Taimiyah mulai menyebarkan satu demi satu bid’ahnya hingga para ulama dan pejabat yang dulu memujinya tersebut mulai menjauhi satu persatu.
Ibnu Taimiyah meskipun tersohor, punya banyak karangan dan pengikut, namun sesungguhnya ia adalah seperti yang dinyatakan oleh Hafizh Al-Faqih waliyy ad-Din Al-Iraqi (w.826H) : “Ibnu Taimiyah telah menyalahi ijma’ dalam banyak permasalahan, kira-kira sekitar 60 masalah, sebagian dalam masalah ushul ad-din dan sebagian berkenaan dengan masalah-masalah furu’ ad-Din, Ibnu Taimiyah dalam masalah-masalah tersebut mengeluarkan pendapat lain yang berbeda setelah terjadi ijma’ di dalamnya”. Berbagai kalangan orang awam dan yang lainpun mulai terpengaruh dan mengikuti Ibnu Taimiyah sehingga ulama-ulama semasa Ibnu Taimiyah mulai angkat bicara dan membantah pendapat-pendapatnya serta memasukkannya dalam kelompok para ahli bid’ah. Di antara yang membantah Ibnu Taimiyah adalah Al-Imam Al Hafizh Taqiyyi ad-Din Ali bin Abd al Kafi as-Subki (w.756 H). dalam Ad-durah al-Mudliyah, beliau mengatakan : “amma ba’du”. Ibnu Taimiyah benar-benar telah membuat bid’ah-bidah dalam dasar-dasar keyakinan (Ushul al-Aqaid), ia telah meruntuhkan tonggak-tonggak dan sendi-sendi Islam , setelah ia sebelu ini bersembunyi di balik kedok mengikuti al-Quran dan As-sunnah. Pada lahirnya ia mengajak kepada kebenaran dan menunjukkan kepada jalan surge. Ternyata kemudian ia bukan melakukan it-tiba’ tetapi justru membuat bid’ah-bid’ah baru, ia menyempal dari umat muslim dengan menyalahi ijma’ mereka dan ia juga mengatakan tentang Allah perkataan yang mengandung “tajsim” dan ketersusunan (tarkib) bagi zat Allah.
Diantara perkataan Ibnu Taimiyah dalam ushul ad-Din yang menyalahi ijma’ kaum muslimin adalah perkataannya bahwa jenis alam ini adalah qadim, sebagaimana ia katakan dalam tujuh karyanya : (Muwafaqah Sharih al Ma’qul li shahih al Manqul, Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, syarh Hadits an-Nuzul, Syarah Hadits imran ibnu Hushaini, Naqd Maratib al Ijma’, Majmu’ah Tafsir min Sitti Suwwar, Al-Fatawa) , dan Allah pada azal keberadaan tanpa permulaan selalu dibarengi dengan makhluk. Ibnu Taimiyah juga mengatakan bahwa Allah adalah jism, mempunyai arah dan berpindah-pindah. Ini semua adalah hal yang ditolak dalam agama Allah ini.
----lanjut pada koment----
Dalam sebagian karangannya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa Allah Ta’ala persis sebesar arsy dan tidak lebih besar atau kecil, Maha suci Allah dari perkataan ini. Ibnu Taimiyah juga menyatakan bahwa para nabi itu tidak ma’sum. Nabi Muhammad tidak memiliki kehormatan (jah). Karenanya jika ada orang bertawasul dengannya maka ia salah besar (sebagaimana ia nyatakan dalam bukunya at-tawasul wa al wasilah). Ia juga menyatakan bahwa bepergian untuk berziarah ke makam Rosulullah adalah bepergian yang tergolong maksiat dan tidak boleh mengqashar sholat di dalamnya (sebagaimana ia kemukakan dalam kitab al-fatawah). Dalam hal ini ia benar-benar sangat berlebihan padahal tidak ada seorangpun sebelumnya berpendapat semacam ini. Ibnu Taimiyah juga mengatakan bahwa siksa bagi penduduk neraka akan terhenti dan tidak berlaku selama-lamanya, sebagaiman yang dituturkan oleh sebagian ahli fiqh dari sebagian karangan Ibnu Taimiyah dan dinukil oleh muridnya Ibnu Qayyim dalam kitab Hadi al-Arwah.
Ibnu Taimiyah ini sudah berkali-kali diperintah untuk bertobat dari perkataan dan keyakinannya yang sesat ini, baik dalam masalah-masalah ushul dan furu’, namun ia selalu mengingkari janji-janjinya sehingga akhirnya ia dipenjara dengan kesepakatan para hakim (qadli) dari empat madzhab, Syafi’I, Maliki, Hanafi dan Hanbali. Al-Imam Al Hafizh al-Faqih Al Mujtahid Taqiyyuddin as Subki dalam salah satu risalahnya menyatakan : “Ibnu Taimiyah di penjara atas kesepakaan para ulama dan para penguasa”. Terakhir mereka menyatakan Ibnu Taimiyah adalah sesat, harus diwaspadai dan dijauhi seperti dijelaskan oleh Ibnu Syakir al-Kutubi, murid Ibnu Taimiyah sendiri, dalam kitabnya “uyun at-Tawarikh”. Pada saat yang sama raja Muhammad Ibnu Qalawun mengeluarkan keputusan resmi pemerintah untuk dibaca disemua masjid di Syam dan Mesir agar masyarakat mewaspadai dan menjauhi Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya. Ibnu Taimiyah akhirnya dipenjara benteng al-qal’ah di Damaskus sehingga meninggal tahun 728 H.
Al-hafish Ibnu Hajar (W. 852 H) menukil dalam kitab Ad-Duror al-Kaminah juz I h. 154-155 bahwa para ulama menyebutkan Ibnu Taimiyah dengan tiga sebutan : Mujassim, Zindiq, dan Munafik. Ibnu Hajar menyatakan Ibnu Taimiyah menyalahkan sahabat Rosul Umar bin Khotob r.a, dia menyatakan Abu Bakar r.a bahwa ia masuk Islam di saat tua renta dan tidak menyadari betul apa yang ia katakan (seperti layaknya orang yang pikun). Utsman bin Affan r.a-kata Ibnu Taimiyah, mencintai harta dan Ali bin Abi Tholib K.w salah dan menyalahi nash al-Quran dalam 17 permasalahan. Sayyidina Ali kata Ibnu Taimiyah tidak pernah mendapatkan pertolongan dari Allah kemanapun dia pergi, dia sangat mencintai kekuasaan dan dia masuk Islam di waktu kecil padahal anak kecil itu Islamnya tidak sah.
Ibnu Hajar al-Haitami (W. 974 H) dalam karyanya "Hasyiyah al- Idlah fi manasik al-Hajj li an-Nawawi, h. 214 menyatakan tentang pendapat Ibnu Taimiyah yang mengingkari kesunnahan berpergian (safar) untuk berziarah ke makam Rosulullah : "Janganlah tertipu dengan pengingkaran Ibnu Taimiyah terhadap kesunnahan ziarah ke makam ke Rosulullah karena sesungguhnya ia adalah seorang hamba yang disesatkan oleh Allah seperti dikatakan oleh Al-'Izz ibn Jama'ah. At-Taqiyy as-Subki juga telah panjang lebar membantah Ibnu Taimiyah dalam sebuah karangan tersendiri. Perkataan Ibnu Taimiyah yang berisi celaan dan penghinaan terhadap Rosulullah ini tidaklah aneh karena ia telah mencaci Allah, Ibnu Taimiyah menisbatkan Allah dengan hal-hal yang tidak layak bagi Allah memilki arah, tangan, kaki, mata (yang menyerupai dan merupakan anggota badan) dan hal-hal buruk yang lain. karenanya, Demi Allah ia telah dikafirkan oleh banyak para ulama, semoga Allah memperlakukan ia dengan seadil-adilnya dan tidak menolong para pengikutnya yang mendukung dusta-dusta yang dilakukan Ibnu Taimiyah terhadap syari'at Allah yang mulia ini". sdrku tambahan dari saya hal ini pernah saya jelaskan perkataan Ibnu Taimiyah telah dibenarkan/diperbaiki oleh muridnya Ibnu Qoyyim al-Jauzi dalam banyak karyanya mengenai pahala mayit, kiriman pahala, ziarah dan lain-lain yang sama dengan Imam Syafi'i dan para ulama Madzhab lainnya.
Ibnu Qoyyim Al-Jauzi adalah muridnya Ibnu Taimiyah sama dengan murid-mudrinya yang telah saya sampaikan dahulu. Namun Ibnu Qoyyim sebelum menjadi murid Ibnu Taimiyah lebih dahulu mendalami Ilmu kepada para Ulama madzhab.
masalah mujasimah ini ada pada karangan Ibnu Taimiyah yang telah saya sebutkan silahkan dibuka.. ringkasnya menyamakan Allah dengan Makhluk. walaupun banyaknya ulama pada masanya dan hingga sekarang namun hal ini dibela oleh para pengikutnya hingga sekarang pada karangan ad durar as sinayyah II/58. sdr Hilya Tus Su'ada dan dipake oleh sdr-sdr kita yang mengatasnamakan salafiyah padahal salafi tak demikian.
Pengarang kitab "Kifayatul Akhyar" Syeh Taqiyyuddin al-Hushni (W. 829 H), setelah menuturkan bahwa para ulama dari empat madzhab mentakan Ibnu Taimiyah sesat, dalam kitab "Dafu Syubah Man Syabbaha wa Tamarroda ia menyatakan "Maka dengan demikian, kekufuran Ibnu Taimiyah adalah hal yang disepakati oleh para ulama".
Adz-Dzahabi dalam risalahnya "Bayan zaghal al ilm wa ath Tholab" h. 17 berkata Ibnu Taimiyah : "Saya sendiri telah lelah mengamati dan menimbang sepak terjang Ibnu Taimiyah sampai-sampai saya merasa bosan setelah bertahun-tahun menelitinya. Hasil yang saya peroleh adalah ternyata aku dapati bahwa penyebab tidak sejajarnya Ibnu Taimiyah dengan ulama Syam dan Mesir serta ia dibenci dan dihina, dan didustakan dan dikafirkan oelh penduduk Syam dan Mesir adalah dari Ibnu Taimiyah sendiri karena ia sombong, terlena, oelh dirinya dan hawa nafsunya ('ujub), sangat haus dan cinta untuk mengealai para ulama dan sering melecehkan para ulama besar. Lihatlah wahai pembaca betapa berbahayanya mengaku-ngaku sesuatu yang tidak dimilikinya dan betapa nestapanya akibat yang ditimbulkan dari haus akan ketenaran. Kita memohon semoga Allah mengampuni kita."
Lanjut Adz-Dzahabi : "sebetulnya yang sudah menimpa Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya itu hanyalah sebagian yang berhak mereka peroleh, janganlah pembaca ragukan hal ini". Risalah adz-Dzahabi ini memang benar-benar ditulis oleh adz-Dzahabi karena al-Hafish as-Sakhowi (W. 902 H) menukil perkataan adz-Dzahabi ini dalam kitabnya "al-I'Ilan bi at-Taubikh, h. 77".
PERIHAL IBNU TAIMIYAH SETELAH TOBATNYA (KEMBALI KEPADA AQIDAH ASY'ARY)
HANYA WAHABBI DAN SALAFI WAHABBI (SALAFI PALSU) YANG MASIH BERPEGANG KEPADA AQIDAH SESAT IBNU TAIMIYAH SEBELUM TOBATNYA BELIAU. MEREKA MENDZOLIMI IBNU TAIMIYAH HINGGA KINI BAHKAN MEMALSUKAN KITAB-KITABNYA DAN MURIDNYA.
yang lalu kita membahas kesesatan aqidah dan pendapat Ibnu Taimiyah sebelum tobatnya dan begitu banyak pendapat ulama yang menyesatkannya dengan bermacam-macam penisbatan (buruk) kepada beliau dari para imam dan ulama se-masa dengan beliau hingga kini.
namun setelah Ibnu Taimiyah bertobat maka berbalik dibela kembali oleh para imam dan ulama pada se-masanya juga dan disaksikan juga pertobatan tersebut dan pengakuannya.
Para ulama kholaf (masa kini) terbagi dua dalam menyikapi Ibnu Taimiyah diantaranya :
-Ada yang masih menyatakan beliau sesat karena melihat pendapat Ibnu Taimiyah dalam aqidahnya (sebelum bertobat).
-Ada juga yang telah membela beliau karena telah kembali dari kesesatan aqidah dan pendapatnya.
Namun hanya wahabbi saja yang masih mendzolimi Ibnu Taimiyah hingga kini sedangkan Ahlussunnah Waljama'ah telah memuliakan beliau setelah tobatnya, terbukti pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah dan para murid beliau seperti Ibnu Qoyyim al-Jauzi, Ibnu Katsir dan banyak lagi digunakan sebagai rujukan para ulama Ahlussunnah Waljama'ah dengan memilih mana yang se-waktu sesat dan mana se-waktu setelah bertobat (sama halnya dengan para asy-'ariyah dengan membuang pendapat Imam Asy-ariy sewaktu masih mencari ilmu dari guru-gurunya dari golongan Mu'tazilah).
diteruskan dengan penjelasan mengenai Ibnu Taimiyah setelah Tobatnya dan pembelaan para ulama se-masanya dibawah ini:
PENJELASANNYA:
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang hebat dalam ilmu hadits dan merupakan ulama hadits yang tsiqah dan pakar dalam segala ilmu hadits dan merupakan pengarang kitab syarah Shohih Bukhari berjudul Fathul Bari, beliau telah menyatakan kisah taubat Ibnu taimiyah ini serta tidak menafikan keshahihannya dan diakui olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan Al-Miaah As-Saminah juz 1. (pada postingan yang dahulu, Ibnu Hajar menolak Ibnu Taimiyah dan menyesatkannya)
Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiyah dari akidah sesat tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulama sezaman dengan Ibnu Taimiyah yaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy wafat 733H beliau menyatakannya dalam kitab Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab juz 32.
ULAMA-ULAMA YANG MENYATAKAN DAN MENYAKSIKAN KISAH TAUBATNYA IBNU TAIMIYAH.
-Selain Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah juz 1 hal 148
-dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H juz 32 hal, 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab yang menyatakan kisah taubat Ibnu Taimiah.
-As-Syeikh Ibnu Al-Mu’allim wafat tahun 725H dalam kitab Najmul Muhtadi Wa Rojmul Mu’tadi 638.
-As-Syeikh Ad-Dawadai wafat selepas 736H dalam kitab Kanzu Ad-Durar – Al Jam’-239.
-As-Syeikh Taghry Bardy Al-Hanafi bermazhab Hanafiyah wafat 874H dalam Al-Minha As-Sofi hal, 576 dan beliau juga menyatakan sepertimana yang dinyatakan nasnya oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya yang lain berjudul An-Nujum Az-Zahirah Al-Jami’ 580.
Dan masih banyak lagi, telah menyatakan taubat Ibnu Taimiyah dari akidah Allah Duduk dan bertempat di atas arasy dan berjisim.
-NAS MENGENAI TOBATNYA IBNU TAIMIYAH:
أما تقي الدين فإنه استمر في الجب بقلعة الجبل
إلى أن وصل الأمير حسام الدين مهنا إلى الأبواب السلطانية في شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، فسأل السلطان في أمره وشفع فيه ، فأمر بإخراجه ، فأخرج في يوم الجمعة الثالث والعشرين من الشهر وأحضر إلى دار النيابة بقلعة الجبل ، وحصل بحث مع الفقهاء ، ثم اجتمع جماعة من أعيان العلماء ولم تحضره القضاة ، وذلك لمرض قاضي القضاة زين الدين المالكي ، ولم يحضر غيره من القضاة ، وحصل البحث ، وكتب خطه ووقع الإشهاد عليه وكتب بصورة المجلس مكتوب مضمونه : بسم الله الرحمن الرحيم شهد من يضع خطه آخره أنه لما عقد مجلس لتقي الدين أحمد بن تيمية الحراني الحنبلي بحضرة المقر الأشرف العالي المولوي الأميري الكبيري العالمي العادلي السيفي ملك الأمراء سلار الملكي الناصري نائب السلطنة المعظمة أسبغ الله ظله ، وحضر فيه جماعة من السادة العلماء الفضلاء أهل الفتيا بالديار المصرية بسبب ما نقل عنه ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق ، انتهى المجلس بعد أن جرت فيه مباحث معه ليرجع عن اعتقاده في ذلك ، إلى أن قال بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب الأشعرية على رأسه ، وأشهد عليه بما كتب خطا وصورته : (( الحمد لله ، الذي أعتقده أن القرآن معنى قائم بذات الله ، وهو صفة من صفات ذاته القديمة الأزلية ، وهو غير مخلوق ، وليس بحرف ولا صوت ، كتبه أحمد بن تيمية . والذي أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله الجماعة ، أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية . والقول في النزول كالقول في الاستواء ، أقول فيه ما أقول فيه ، ولا أعلم كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، وليس على حقيقته وظاهره ، كتبه أحمد بن تيمية ، وذلك في يوم الأحد خامس عشرين شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة )) هذا صورة ما كتبه بخطه ، وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل الأربع المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين ، وأشهد عليه بالطواعية والاختيار في ذلك كله بقلعة الجبل المحروسة من الديار المصرية حرسها الله تعالى بتاريخ يوم الأحد الخامس والعشرين من شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، وشهد عليه في هذا المحضر جماعة من الأعيان المقنتين والعدول ، وأفرج عنه واستقر بالقاهرة
DIBAWAH INI PENJELASANNYA:
Pernyataan tersebut: 1- ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق
Terjemahannya: “Dan para ulama telah mendapati skrip yang telah ditulis oleh Ibnu Taimiyah yang telah diakui sebelum itu (aqidah salah ibnu taimiyah sebelum bertaubat) berkaitan dengan aqidahnya bahwa Allah berkata-kata dengan suara, dan Allah beristawa dengan arti yang hakiki (yaitu duduk) dan selain itu yang bertentangan dengan Al Haq (kebenaran)”.
Pernyataan dari para ulama di zaman Ibnu Taimiah bahwa dia berpegang dengan aqidah yang salah sebelum bertaubat daripadanya antaranya Allah beristawa secara hakiki yaitu duduk
قال بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب الأشعرية على رأسه. 2
Terjemahannya: ” Telah berkata Ibnu Taimiah dengan kehadiran saksi para ulama: ‘ Saya golongan Asy’ary’ dan mengangkat kitab Al-Asy’ariyah di atas kepalanya ( mengakuinya
3- والذي أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله الجماعة ، أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية
Terjemahan tulisan Ibnu Taimiyah dihadapan para ulama ketika itu dan mereka semua menjadi saksi kenyataan Ibnu Taimiyah : ” Dan yang aku berpegang mengenai firman Allah ‘Ar-Rahman diatas Arasy istawa’ adalah sepertimana berpegangnya jemaah ulama islam, sesungguhnya ayat tersebut bukan berarti hakikatnya(duduk) dan bukan atas dzohirnya dan aku tidak mengetahui maksud sebenar-benarnya dari ayat tersebut bahkan tidak diketahui makna sebenar-benarnya dari ayat tersebut kecuali Allah.Telah menulis perkara ini oleh Ahmad Ibnu Taimiah”.
Ibnu Taimiah telah bertaubat dan mengatakan ayat tersebut bukan atas dzohirnya dan bukan atas hakikinya yaitu bukan berarti Allah duduk maupun bertempat atas arash.
( Bukti Ibnu Taimiah pernah dahulunya berpegang dengan akidah salah: ‘Allah Duduk
4- وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل الأربع المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين
Terjemahannya berkata Imam Nuwairy seperti yang dinyatakan juga oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany : ” Dan aku antara saksi bahwa Ibnu Taimiyah telah bertaubat kepada Allah daripada aqidah yang salah pada empat masalah aqidah yang telah dinyatakan, dan Ibnu Taimiyah telah mengucap dua kalimah syahadah(bertaubat daripada aqidah yang salah pernah dia pegangi terdahulu)”.
Ibnu Taimiah telah memeluk islam kembali dengan mengucap dua kalimah syahadah dan mengiktiraf aqidahnya sebelum itu adalah salah dan kini aqidah yang salahnya itu pula dipegang oleh golongan Wahabiyah
Makasih banget
BalasHapusAssalamualaikum, maaf mas kalau boleh saya bertanya. dalam pemaparan diatas Ibnu taimiah di penjara dengan alasan sesat hingga beliau meninggal dipenjara, tapi dalam uraian lain dikatakan beliau bertaubat. jika beliau sudah bertaubat mengapa beliau masih meninggal dalam penjara?
BalasHapus