TEMBOK YA'JUJ MA'JUJ | DAJJAL | YA’JUJ DAN MA’JUJ | al jassasah | wasiat ali bin abi thalib kepada hasan | hilal awal bulan romadhon | bid'ah maulid | bid'ah tahlilan

Jumat, 07 Februari 2014

KEADAAN RUH KETIKA MENEMUI AJAL (KEMATIAN) (2)

KEADAAN RUH KETIKA MENEMUI AJAL (KEMATIAN) (2)

Bismillahirrohmaanirrohiim.
Didalam Kitab Durrotun Naashihiin Fii Al-Wa’izhin Wa Al-Irsyad, karya Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khowbawiy. Beliau di antara Ulama yang hidup pada masa 13 Hijriyah. Beliau menyatakan didalam kitabnya ini Menerangkan Tentang Ruh. Pada Majlis ke-59 Halaman 218-220, dalam Bab: Pembahasan Hijrah Untuk Taat Pada Allah.

Peringatan Kematian-
KEADAAN HAMBA DAPAT MELIHAT TEMPAT RUHNYA SETELAH KEMATIAN DISURGA ATAU DINERAKA.
Diriwayatkan dari Nabi Saw, beliau bersabda: Ruh orang mukmin tidak akan keluar sebelum ia melihat tempatnya di surga, maka tidak melihat orang tuanya dan anak-anaknya pada saat itu dan ruh orang Munafik (Kafir) tidak akan keluar sebelum dia melihat tempatnya di neraka, maka tidak melihat orang tuanya dan anaknya disaat itu.
Mereka (para sahabat) bertanya,
Sahabat bertanya: “Wahai Rosulullah, bagaimana orang mukmin bisa melihat tempatnya di surga dan orang kafir bisa melihat tempatnya di neraka?”.
Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan Malaikat Jibril dengan sebaik-baik bentuk yaitu 100.000 bentuk dan mempunyai 24.000 sayap. Diantara sayap-sayap itu terdapat dua sayap berwarna hijau seperti sayap burung merak. Apabila dia menebarkan sayapnya maka akan memenuhi ruangan langit dan bumi. Pada sayap kanannya terdapat lukisan surga serta segala isinya, bidadari, istana, kamar-kamar bertingkat, para khodim, para pelayan dan anak-anak. Sedang pada sayap kirinya terdapat lukisan neraka jahanam beserta segala isinya, ular, kalajengking, kamar-kamar bertingkat rendah dan Malaikat Zabaniyah.
Maka apabila ajal seorang hamba telah tiba maka masuklah sekelompok Malaikat pada urat-uratnya dan menyerap ruhnya dari kedua telapak kaki sampai kedua lututnya kemudian keluar. Dan masuklah sekelompok Malaikat yang ketiga dan menyerap ruhnya dari perut sampai ke dadanya kemudan keluar. Dan masuklah sekelompok Malaikat yang keempat dan menyerap ruhnya dari dada sampai ketenggorokannya. (Sebagaimana Firman Allah ta'ala: “Maka kalau engkau bisa mengapa tidak engkau kembalikan ketika ruh sudah sampai ke tenggorokan padahal) ketika itu kamu sekalian melihat waktu naza’ (Nyawa akan dicabut)”. Pada waktu itu apabila dia seorang Mukmin maka Jibril as menebarkan sayapnya yang kanan sehingga dia melihat tempatnya di surga dan dia merindukan serta terus memandangnya dan tidak mau melihat lainnya walaupun itu ayah, ibu atau anak-anaknya oleh karena rindunya kepada tempat itu. Dan apabila dia seorang Munafik maka malaikat Jibril as menebarkan sayapnya yang kiri sehingga dia melihat tempatnya di Neraka Jahannam dan dia terus memelototinya dan tidak bisa melihat yang lain walaupun itu ayah, ibu ataupun anak-anaknya sendiri oleh karena susahnya terhadap tempat itu. Maka berbahagialah orang yang kuburnya merupakan pertamanan dari beberapa pertamanan Surga dan celakalah orang yang kuburnya merupakan jurang dari beberapa jurang Neraka. (Termaktub juga pada Kitab Kanzu Al-Akhbari).

Astaghfirullah… Faghfirliy Fainnaka Laa Yaghfiru Dzunub Illa Anta.
Subhannallah Wabihamdihi, Subhannalahil ‘Azhim. Wallahua’lam.

KEADAAN RUH KETIKA MENEMUI AJAL (KEMATIAN) (1)

Bismillahirrohmaanirrohiim.
Didalam Kitab Durrotun Naashihiin Fii Al-Wa’izhin Wa Al-Irsyad, karya Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khowbawiy. Beliau di antara Ulama yang hidup pada masa 13 Hijriyah. Beliau menyatakan didalam kitabnya ini Menerangkan Tentang Ruh. Pada Majlis ke-59 Halaman 218-220, dalam Bab: Pembahasan Hijrah Untuk Taat Pada Allah.

Peringatan Kematian-
KEADAAN RUH MENDATANGI RUMAHNYA.
Diriwayatkan oleh Shahabat Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu tatkala mati seorang mukmin ruhnya berkeliling / berputar disekitar rumahnya selama sebulan, ia melihat apa yang ditinggal dari hartanya, bagaimana dibagi warisannya, bagaimana dibayarkan hutang-hutangnya. Tatkala sudah sempurna sebulan, maka ruhnya di kembalikan ke lubangnya, sesudah sebulan sehingga terjadi hal ini sampai sempurna setahun. Maka si mayyit melihat siapa yang mendoakan, siapa yang merasa sedih terhadap dirinya, apabila sudah sempurna satu tahun, ruhnya diangkat menuju di mana semua ruh berkumpul sampai hari kiamat. (Termaktub juga pada Kitab Daqo’iq al-Akhbaar)

KEADAAN HAMBA KETIKA DICABUT NYAWA BERPAMITAN.
Didalam sebuah khobar disebutkan: “Apabila seorang hamba sudah mulai naza’ (Nyawa akan tercabut) Malaikat Maut (Izroil) berseru: “Biarkanlah dia agar bisa beristirahat”. Apabila ruh sudah sampai di dada, Izroil berkata: “Biarkan dia agar bisa beristirahat”. Dan apabila ruh sampai ditenggorokan maka terdengarlah seruan: “Biarkan dia agar semua anggota badannya bisa saling berpamitan”. Mata berpamitan dengan mata seraya berkata: “Semoga kesejahteraan untukmu sampai hari kiamat”. Demikian juga kedua telinga, dua tangan dan dua kaki, sedangkan ruh berpamitan dengan jasad. Kita berlindung diri kepada Allah Ta'ala dari pamitannya iman kepada lisan dan pamitannya ma'rifat kepada hati. Maka tinggallah kedua tangan tanpa gerak, dua kaki tanpa gerak, dua mata tanpa daya untuk melihat, dua telinga tanpa daya untuk mendengar dan jasad tanpa ruh lagi. Bila hati tidak berma'rifat (Mengenal) kepada Allah, maka bagaimanakah keadaan seseorang dalam kuburnya, dia tidak bisa melihat ayah dan ibunya, anak dan handai-taulannya dan tidak pula menemukan tempat tidur, saudara-saudaranya serta aling-aling (Hijab), maka bila tidak bisa melihat Tuhan Yang Maha Mulia, sungguh dia dalam kerugian yang amat besar”. (Termaktub juga di Kitab Zahrotu Ar-Riyadh).

KEADAAN HAMBA MENOLAK DICABUT DAN TAKHLUK DENGAN RAYUAN ALLAH.
Diterangkan dalam sebuah hadits juga: “Sesungguhnya ketika Malaikat Maut hendak mencabut ruh seseorang, maka seorang hamba berkata:
Hamba berkata: “Aku tidak akan memberikan apa-apa yang engkau belum perintahkan untuk itu”.
Malaikat Maut berkata: “Tuhanku telah memerintahkan aku untuk itu”
Ruh itu minta tanda bukti darinya, ia berkata,
Ruh berkata: “Sungguh Tuhanku telah menciptakan dan telah memasukkan aku ke dalam jasadku, pada waktu itu kamu tidak ada padaku dan sekarang kamu akan mengambilku”.
Maka Malaikat Maut kembali kepada Allah Ta'ala dan mengadu.
Malaikat Maut berkata: “Sungguh hamba Engkau Fulan berkata demikian dan demikian serta minta tanda bukti”.
Allah berfirman: “Ruh hamba-Ku itu telah benar. Hai Malaikat Maut pergilah engkau ke surga dan ambillah sebuah apel yang diatasnya ada tanda-Ku kemudian tunjukkan kepada ruhnya”.
Malaikat Maut pun pergi ke surga dan mengambil sebuah apel yang di atasnya tertulis “Bismillaahirrohmaanirrohiimi” kemudian ditunjukkan kepada ruh itu. Dan tatkala ruh itu melihat tanda itu maka keluarlah dia dengan semangat”. (Termaktub juga di Kitab Zahrotu Ar-Riyadh).

Astaghfirullah… Faghfirliy Fainnaka Laa Yaghfiru Dzunub Illa Anta.
Subhannallah Wabihamdihi, Subhannalahil ‘Azhim. Wallahua’lam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar